WELCOME 2 my blog.....

WELCOME 2 my blog, Hope U enjoy it....

Selasa, 22 Juni 2010

CANDA SUFI

Yang Tahu Memberitahu Yang Tidak Tahu
Suatu hari, Nashruddin Effendy berdiri
di mimbar; di depan massa, untuk
memberikan nasihat. Dia berkata, "Tahukah
kalian, apa yang akan saya katakan kepada
kalian?" Orang-orang itu menjawab, "Tidak!
Kami tidak tahu." Kemudian Nashruddin berkata
kepada mereka, "Baiklah, kalau kalian tidak
tahu... Tidak ada gunanya berbicara dengan
orang-orang yang tidak tahu." Dia pun turun dan
meninggalkan mereka.
Beberapa hari kemudian, dia kembali dan
berbicara pada mereka dengan pertanyaan sama,
1
1
eBook oleh : Nurul Huda Kariem MR.
CANDA ALA SUFI
yang pernah dilontarkannya. Dia berkata,
"Tahukah kalian, apa yang akan saya katakan
kepada kalian?" Mereka menjawab, "Ya, kami
tahu." Dia kemudian berkata, "Jika kalian sudah
tahu apa yang akan saya sampaikan, saya tidak
perlu lagi mengatakannya." Lalu, dia pun pergi
meninggalkan mereka.
Orang-orang itu pun kebingungan; apa yang
seharusnya mereka katakan untuk menjawab
pertanyaan Nashruddin itu. Namun, mereka
sepakat untuk pada kesempatan mendatang, jika
Nashruddin melontarkan pertanyaaan serupa,
sebagian di antara mereka akan menjawab ya dan
sebagian lain akan menjawab tidak.
Beberapa hari kemudian, Nashruddin
kembali ke tempat itu dan berkata, "Tahukah
kalian, apa yang akan saya katakan pada kalian?"
Jawaban mereka pun beragam; sebagian berkata,
"Ya, kami tahu," dan sebagian lagi mengatakan,
"Tidak, kami tidak tahu." Nashruddin berkata
kepada mereka, "Baik, sebagian di antara kalian
sudah mengetahuinya dan sebagian lain tidak.
Karena itu, saya berharap, yang tahu raem-
2
CANDA ALA SUFI
3
beritahu yang tidak tahu." Lalu dia pun pergi
meninggalkan mereka.
Seandainya Unta Bersayap
Suatu hari, Nashruddin berdiri di
hadapan khalayak; memberikan petuah
kepada mereka. Dia berujar," Wahai kaum
muslimin, kalian hendaknya memanjatkan puja
dan puji ke hadirat Allah Swt, yang tidak menciptakan
unta bersayap. Kalau saja unta itu
memiliki sayap dan dapat terbang, tentu ia akan
senang bertengger di atap rumah kalian, sehingga
rumah itu runtuh dan menimpa kepala kalian."
Bintang di Negeri Kami seperti Bintang
di Negeri Kalian
Suatu ketika, di sela-sela nasihatnya,
Nashruddin berkata, "Wahai kaum
muslimin, sesungguhnya cuaca di negeri kami
CANDA ALA SUFI
tidaklah berbeda sedikit pun dengan cuaca di
negeri ini." Orang-orang lalu bertanya
kepadanya, "Bagaimana Anda dapat membuktikannya?"
Dia menjawab, "Sesungguhnya
bentuk dan jumlah bintang yang ada di langit
negeri kalian serupa sekali dengan bentuk dan
jumlah bintang yang ada di langit negeri kami,
Ag Syahr. Oleh karena itu, cuacanya pun sama."
4
lagu pujian yang biasa dilantunkan pada saat azan
zuhur. Orang-orang yang berada di sekitar masjid
pun bingung dan terkejut, mendengar lantunan
suara Nashruddin yang sangat sombong dan tak
enak didengar.
Salah seorang di antara mereka memanggilnya
dan berkata, "Hai bodoh, celaka
kamu! Mengapa kamu mengejutkan banyak
orang dengan lantunan suaramu yang sangat
buruk itu dan bukan pada waktunya?"
Nashruddin pun menjawab dari atas menara,
"Wahai saudaraku, seandainya ada orang yang
mau berbaik hati dan dermawan, kemudian dia
membangunkan untukku sebuah kamar mandi
di atas menara ini, tentu akan kuperdengarkan
padamu suaraku yang indah dan lebih merdu
ketimbang kicau burung gelatik."
5
Kamar Mandi di atas Menara
Suatu hari, Nashruddin masuk ke
kamar mandi. Lantaran suasana begitu
hening dan sunyi, dia mencoba bernyayi.
Ternyata, dia kagum dengan suaranya sendiri,
sehingga dia berbicara sendiri bahwa seseorang
tidak boleh kikir dengan kenikmatan suaranya
yang indah untuk dapat dinikmati oleh saudarasaudaranya
sesama muslim.
Setelah keluar dari kamar mandi, dia segera
menuju masjid jami dan langsung naik ke atas
menara. Kemudian dia melantunkan beberapa
Berikan Sembilan Dirham
Suatu malam, Nashruddin bermimpi;
dia memperoleh uang sebanyak sembilan
CANDA ALA SUFI
6
sedang menuju ke arahnya. Dia pun ketakutan.
Tiba-tiba, terlihat olehnya sebuah kuburan
tua yang terbuka. Terlintas di benaknya untuk
bersembunyi di dalam kuburan itu. Nashruddin
pun melepas bajunya dan kemudian masuk ke
dalamnya. Ketika para penunggang kuda tersebut
menghampiri Nashruddin, terlihatlah oleh
mereka Nashruddin yang sedang berada di dalam
kuburan itu dalam keadaan setengah telanjang.
Mereka heran melihat tingkah laku Nashruddin
yang aneh itu.
Mereka pun bertanya, "Hai, apa yang sedang
kau lakukan di dalam kuburan itu?" Sesaat,
Nashruddin pun bingung untuk menjawab
pertanyaan mereka itu. Dia kemudian mendapat
akal dan berkata, "Aku adalah penghuni kuburan
ini dan aku sudah bosan tinggal di sini. Aku telah
meminta izin kepada Tuhanku untuk keluar
sebentar dan pergi jalan-jalan. Tuhanku telah
memberiku izin."
Orang-orang berkuda itu pun terbahak
dibuatnya, lalu meninggalkan Nashruddin begitu
saja.
7
dirham dari seseorang, sebagai ganti sepuluh
dirham yang dimintanya. Lalu, keduanya pun
berselisih dan bertengkar. Setelah lama berdebat,
tiba-tiba Nashruddin terbangun dari tidurnya,
namun tidak menemukan sepeser uang pun di
tangannya.
Karena sangat menginginkan uang itu, dia
pun marah-marah dan mencela diri. Kemudian,
dia kembali berbaring di atas tempat tidur untuk
melanjutkan tidurnya dan menutupi sekujur
tubuhnya dengan selimut. Lantas dia mengkhayalkan
musuhnya itu. Sembari merigulurkan
tangannya, Nashruddin berkata, "Berikan uang
yang sembilan dirham itu padaku dan jangan
khawatir."
Keluar dari Kuburan
Suatu hari, Nashruddin bertamasya ke
sebuah negeri dan sampailah dia di
sebuah pekuburan. Dari arah berlawanan, dia
melihat sekelompok penunggang kuda yang
CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
Aku Sendiri Sedang Memikirkan Itu
Suatu hari, saat pemilik kebun buah
dan sayur sedang bepergian, Nashruddin
masuk ke kebun itu dan memetik bebuahan dan
sayuran yang dapat diraih tangannya, hingga tas
yang dibawanya penuh dengan buah dan sayur.
Ketika hendak keluar, terlihat oleh Nashruddin
pemilik kebun yang baru pulang. Dia pun
bingung dan ketakutan.
Pemilik kebun itu berkata padanya, "Apa
yang yang sedang kau lakukan di sini?" Dengan
gagap, Nashruddin menjawab, "Badai telah
membawa dan menjatuhkanku di tempat ini,
karena marah padaku."
Pemilik kebun itu kembali bertanya, "Baik,
lalu siapa yang memetik semua yang ada dalam
tasmu itu?"
Nashruddin menjawab "Angin kencang telah
mempermainkanku; ia membawaku ke sana
kemari dan aku pun berusaha berpegangan pada
apapun yang dapat kupegang, sehingga tanganku
menarik buah dan sayuran ini."
8 9
CANDA ALA SUFI
Kemudian, pemilik kebun itu bertanya
kembali, "Baik, lalu siapa yang meletakkan semua
itu ke dalam tasmu itu?"
Nashruddin tak menjawab pertanyaan itu,
namun dia berkata, "Aku sendiri sedang memikirkan
itu. Aku jujur padamu bahwa aku
memang sedang mencari jawabannya sejak
pertama aku melihatmu, namun aku belum menemukannya."
Manisan dan Pukulan
Suatu hari, Nashruddin pergi jalanjalan
ke kota Qauniyyah. Dia lalu masuk
ke sebuah toko yang khusus menjual manisan.
Tanpa berkata apa-apa, Nashruddin mendekati
salah satu nampan manisan di toko itu. Sambil
membaca Bismillahirrahmanirrahim, dia pun
mencicipinya.
Melihat tingkah-laku Nashruddin itu, sang
pemilik toko menegurnya seraya berkata,
"Alangkah beraninya kamu, makan harta orang
lain tanpa seizin pemiliknya!"
CANDA ALA SUFI
Nashruddin seolah tak mendengar teguran
itu. Dia tak perduli dan terus menikmati manisan
itu.
Tidak lama kemudian, penjual manisan itu
mengambil sebuah tongkat dan memukulkannya
ke tubuh Nashruddin. Namun, Nashruddin tidak
peduli dan terus saja makan. Bahkan, dia makan
semakin cepat. Setelah merasa kenyang, dia pun
berhenti lalu berkata, "Semoga Allah memberkahi
penduduk kota Qauniyyah ini; yang suka
menyuguhi manisan kepada tamunya, namun
juga memukulinya."
10
Jumlah Puasa berdasarkan Jumlah Batu
Ketika bulan Ramadhan tiba, terlintas
dalam benak Nashruddin untuk membeli
sebuah pot guna menghitung jumlah harihari
puasa yang telah berlalu; yaitu meletakkan
satu batu ke dalam pot setiap harinya, sehingga
tidak salah dalam menghitung jumlah hari dan
tidak bergantung pada hitungan orang lain.
Tidak lama kemudian, anak perempuannya
CANDA ALA SUFI
yang masih kecil melihat perbuatan yang biasa
dilakukan ayahnya itu. Dia lalu berusaha meniru
sang ayah guna meringankan beban pekerjaan
ayahnya itu. Karenanya, dia pun memasukkan
batu ke dalam pot tersebut sebanyak-banyaknya
hingga penuh.
Beberapa saat kemudian, orang-orang yang
lewat di depan rumah Nashruddin menanyakan
padanya; berapa lama sudah mereka berpuasa.
Nashruddin pun berkata kepada mereka,
"Tunggu sebentar, akan kutunjukkan pada kalian
jawaban yang benar."
Tergopoh-gopoh, Nashruddin masuk ke
rumahnya dan membongkar pot itu serta menghitung
jumlah batu yang ada di dalamnya.
Ternyata, jumlahnya bertambah hingga 120 batu.
Dia berkata dalam hati, "Bila kukatakan dengan
jujur jumlah batu yang ada dalam pot ini kepada
mereka, tentu mereka akan menyangkaku bodoh.
Aku harus membaginya menjadi dua!"
Kemudian, Nashruddin keluar menemui
mereka dan berkata, "Ini adalah hari ke-60 bulan
Ramadhan...."
11
CANDA ALA SUFI
Mereka pun tertawa seraya berkata,
"Mungkinkah jumlah hari bulan Ramadhan
bertambah?" Nashruddin pun berkata, "Celaka
kalian! Aku telah bantu kalian, namun kalian
menghinaku. Andai kukatakan jumlah sebenarnya
menurut hitungan batu yang ada dalam pot
itu, maka hari ini adalah hari yang ke-120 bulan
Ramadhan. Karena itu, terimalah dengan puas
jawaban yang kusampaikan pada kalian; itulah
yg terbaik bagi kalian."
12
membeli sejumlah besar telur dengan harga satu
girish untuk setiap sembilan telurnya. Namun,
dia men jualnya seharga satu girish untuk setiap
sepuluh telurnya; lebih murah dari harga belinya.
Seseorang berkata kepadanya sembari
mengejek, "Dagang macam apa itu, tak memberi
keuntungan!" Namun, Nashruddin malah
menjawab, "Keuntungan bukanlah syarat dalam
perdagangan.... Aku cukup senang bila temantemanku
berkata bahwa aku adalah pedagang
yang laris."
13
Asal-usul Bintang
Suatu hari, Nashruddin ditanya oleh
beberapa orang. Jika bulan yang baru
tampak, maka di manakah bulan yang
lama? Nashruddin menjawab, "Mereka memotongnya
dan membuatnya menjadi bintangbintang
baru."
Menjual Telur
Suatu hari, terlintas dalam benak
Nashruddin untuk berdagang. Lalu, dia
Segala Sesuatu Ada Hitungannya
Suatu saat, Nashruddin duduk-duduk
di tepi sungai. Tiba-tiba, dia melihat 12
orang buta yang ingin menyeberang. Nashruddin
pun menawarkan bantuan kepada mereka;
menggendong mereka satu persatu dengan
bayaran satu dirham per orang. Mereka pun
setuju dan Nashruddin pun melaksanakan
tugasnya. Sembilan orang selamat sampai ke
seberang sungai.
CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
Ketika hendak mengantarkan orang ke-10,
tubuhnya mulai capai dan kelelahan. Namun, dia
tetap saja menggendongnya hingga ke tengah
sungai. Setelah sampai di tengah, Nashruddin tak
kuat lagi menggendongnya sehingga dia
terlempar ke sungai. Orang itu pun terbawa arus
air.
Sementara teman-teman orang itu berteriak
dan menangis, Nashruddin berkata kepada
mereka, "Mengapa kalian berteriak dan menangis?
Segala sesuatu kan ada hitungannya.
Kalian cukup membayarku untuk sembilan
orang saja. Semoga Allah Swt memberi ganti
untukku."
14
Nashruddin pun bertanya, "Bagaimana
bentuk dan warnannya?" Dia berkata, "Bentuknya
bulat, bagian luarnya putih, dan bagian
dalamya kuning."Maka, Nashruddin menjawab,
"Aku dapat menebaknya; itu adalah lobak yang
bagian tengahnya dikeluarkan, lalu diisi dengan
wortel."
15
Lobak Berisi Wortel
Dalam sebuah kesempatan,
Nashruddin didatangi seseorang yang
menyembunyikan telur di tangannya. Orang ini
berkata kepada Nashruddin, "Jika engkau bisa
menebak teka-tekiku ini, aku akan membuatkan
untukmu makanan yang lezat."
Bukan Pedagang Hari dan Bulan
Suatu saat, Nashruddin ditanya oleh
seseorang, "Sekarang ini hari apa dan
bulan apa?" Nashruddin menjawab, "Sejak kapan
aku menjadi pedagang hari dan bulan, sehingga
aku dapat menjawab pertanyaanmu itu?"
Penjual Tangga
Suatu hari, Nashruddin pergi menuju
sebuah kebun yang tertutup pagar
;mbok, dengan membawa sebuah tangga. Dia
CANDA ALA SUFI
lalu meletakkan tangga itu ke dinding dan
memanjatnya. Setelah sampai di atas, dia mengangkat
tangga itu lalu menurunkannya ke dalam.
Kemudian, dia masuk ke dalam kebun itu.
Pemilik kebun itu ternyata memergokinya
dan menunggunya di bawah tangga. Lalu, dia
berkata kepada Nashruddin, "Siapakah engkau
dan apa yang engkau lakukan di sini?"
Nashruddin pun menjawab, "Aku adalah
penjual tangga." Pemilik kebun itu berkata, "Sejak
kapan tangga dijual di sini?" Nashruddin menjawab,
"Masya Allah, bukankah engkau sudah
tahu bahwa tangga itu dijual di mana-mana dan
di setiap tempat?"
16
dan kemudian mengejarnya. Namun, sapi itu lari
dari hadapannya.
Seminggu kemudian, Nashruddin melihat
sapi itu sedang menarik gerobak salah seorang
petani. Tanpa pikir panjang, Nashruddin menghampiri
sapi itu dan memukulinya dengan
sebatang tongkat yang dibawanya. Tentu saja,
sang petani terheran-heran melihat tindakan
Nashruddin terhadap sapi itu. Dia tidak habis
pikir.
Karena itu, dia bertanya kepada Nashruddin,
"Hai, mengapa engkau memukuli sapiku? Apa
kesalahannya?"
Nashruddin pun menjawab, "Hai bodoh,
jangan turut campur urusan yang tak kau
ketahui! Sapi ini tahu apa kesalahannya..."
17
Sapi yang Mengetahui Kesalahannya
Tatkala Nashruddin sedang duduk
santai di kebunnya, tiba-tiba dia dikejutkan
oleh seekor sapi yang masuk ke tempat itu,
sehingga merusak segala tanaman yang ada di
sana. Lantaran marah, dia mengambil tongkat
Kuburkan di Pemakaman Kuno
Nashruddin memberikan wasiat
kepada keluarganya. Bila meninggal,
dia minta agar dimakamkan di pemakaman tua.
CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
Keluarga Nashruddin pun bertanya, "Mengapa
demikian?"
Nashruddin menjawab, "Jika malaikat
Munkar dan Nakir datang untuk bertanya
padaku, maka aku akan menjawab bahwa aku
sudah lama tinggal di kuburan ini dan aku dulu
sudah pernah ditanya oleh mereka berdua. Dan
jika kedua malaikat itu melihat kuburanku,
mereka akan membenarkan perkataanku,
sehingga dia akan meninggalkanku begitu saja
tanpa mengajukan pertanyaan apapun padaku.
Dengan demikian, aku akan terbebas dari
dahsyatnya pertanyaan kubur. Inilah cara yang
terbaik."
18
Sumbat Pipa
Di hari yang panas menyengat,
Nashruddin kehausan. Saat itu, dia
baru saja kembali dari perjalanan yang sangat
jauh. Tetapi, wajah Nashruddin tampak berseri
ketika dia melihat sebuah pipa air di seberang
jalan. Sayang, bagian ujung pipa—tempat
keluarnya air—tertutup oleh sepotong kayu.
19
Ambil Air Wudumu, Kembalikan Sepatuku
Suatu hari, Nashruddin berwudu di
sebuah sungai. Setelah selesai dan hendak
memakai sepatunya, tiba-tiba salah satu sepatu
itu jatuh ke sungai dan hanyut terbawa arus air.
Seketika, Nashruddin membalikkan tubuhnya ke
arah sungai dan dengan geram dia berkata,
Wafatnya Ayah Anakku
Suatu hari, Nashruddin mengenakan
pakaian serba hitam. Salah seorang
teman bertanya padanya, "Bukankah seseorang
mengenakan pakaian hitam ketika tertimpa
musibah?" Nashruddin menjawab, "Ya, aku
berkabung atas wafatnya ayah anakku."
"Ambillah air wudumu dan kembalikan
sepatuku."
CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
Sembari mendekatkan mulutnya yang
menganga ke arah penutup itu, dia menarik
sumbat kayu itu dengan sekuat tenaga. Setelah
lepas, air dari pipa itu menyembur dengan sangat
kuat sehingga seluruh tubuh Nashruddin
menjadi basah kuyup. Nashruddin pun memelototi
kayu itu seraya berteriak, "Andai kamu
tidak gila, orang-orang tidak akan meletakkanmu
di tempat yang lebih rendah darimu!"
20 21
sebagiannya dan membuang sebagiannya lagi ke
tempat sampah.
Tengah hari, ketika udara sedang terikteriknya,
Nashruddin merasa kehausan. Sayang,
dia tidak memiliki buah semangka lagi. Yang
tersisa hanyalah bagian-bagian yang dibuangnya
ke tempat sampah. Akhirnya, dia pun mengambil
potongan-potongan semangka itu sembari
berkata, "Ini masih bersih dan tak tersentuh
apapun." Dan seluruh potongan semangka itu
pun habis dimakannya.
Manfaat Pakaian di Hari Kiamat
Suatu waktu, Nashruddin memelihara
seekor kambing sebagai cadangan
makanan saat musim hujan tiba. Lantaran sangat
mencintai kambing itu, dia membuatkan untuknya
sebuah kandang yang bagus.
Melihat kambing nan elok itu, teman-teman
Nashruddin hendak merampasnya, namun
mereka tidak berhasil. Akhirnya, mereka sepakat
menipu Nashruddin.
Tak Tersentuh Apapun
Suatu hari, Nashruddin pergi ke
gunung untuk mencari kayu. Dia membawa
beberapa buah semangka sebagai bekal
untuk menghilangkan rasa dahaga di pegunungan
tandus tanpa setetes air pun. Setiapkali merasa
haus, dia membelah semangka itu dan memakannya
sepotong demi sepotong. Bagian
semangka yang belum merah, dia buang ke
tempat sampah. Dengan cara demikian, dia
menghabiskan seluruh semangka itu; memakan
CANDA ALA SUFI
22 23
pekerjannya menjadi kacau dan buruk.
Nashruddin lalu mengumpulkan pakaian mereka
dan memasukkannya ke dalam bara hingga
terbakar hangus. Ketika kembali, mereka
mendapatkan pakaian itu sudah menjadi abu.
Melihat itu, mereka serempak berusaha memukuli
Nashruddin. Ketika melihat mereka akan
memukulinya, Nashruddin menoleh kepada
mereka dan berkata, "Lalu, apa manfaat pakaian -
pakaian itu, bila kalian percaya bahwa kiamat
pasti akan tiba, baik hari ini ataupun esok?"
Aku Telah Pindah ke Rumah Ini
Suatu malam, seorang pencuri memasuki
rumah Nashruddin dan hendak membawa
kabur hampir semua barang milik
Nashruddin yang ada di rumahnya. Sementara,
dia hanya memperhatikan gerak-gerik pencuri
itu dari kamarnya.
Setelah pencuri itu keluar dari rumahnya,
Nashruddin mengikuti jejak pencuri itu hingga
Salah seorang di antara mereka mendatanginya
dan berkata, "Wahai Nashruddin, apa
yang akan kau lakukan dengan kambingmu itu?
Esok atau lusa kiamat akan segera tiba. Mari kita
sembelih kambing itu dan kami akan menjamumu
dengan dagingnya."
Nashruddin tak peduli akan ucapannya,
namun teman-temannya terus berdatangan satupersatu
sambil mengutarakan kalimat yang
senada. Nashruddin menjadi kesal dan marah.
Dia lalu berjanji pada mereka untuk menyembelih
kambing itu keesokan harinya dan
mengundang mereka untuk menghadiri pesta
jamuan yang mewah.
Esok harinya, Nashruddin menyembelih
kambing itu. Dia lalu menyalakan bara untuk
membakar dagingnya. Saat Nashruddin melakukan
semua aktivitas itu, mereka meninggalkan
Nashruddin dan pergi berekreasi ke tempat
yang jauh. Untuk meyakinkan Nashruddin,
mereka meninggalkan pakaian mereka masingmasing.
Karena tak seorang pun yang membantu,
CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
Setiap yang Melahirkan Pasti akan Mati
Suatu saat, Nashruddin meminjam
sebuah ketel kepada salah seorang
tetangganya. Setelah beberapa hari, dia
mengembalikannya. Namun, di dalam ketel itu
telah ditaruh sebuah bejana kecil.
Melihat bejana dalam ketel itu, tetangganya
merasa heran dan menanyakan itu kepada
Nashruddin. Nashruddin pun menjawab bahwa
ketel itu telah beranak. Orang itu percaya, lalu
mengambil ketel dan bejana itu untuk kemudian
pulang.
Selang beberapa hari, Nashruddin pergi ke
rumah orang itu dan meminjam ketel itu
kembali. Namun kali ini, Nashruddin lama sekali
24
CANDA ALA SUFI
Kebakaran di Mulut
Suatu ketika, Nashruddin merasa
sangat lapar. Dia lalu mencari makanan.
Tak lama kemudian, teman-temannya meraberinya
semangkok sup panas. Karena tak tahan
lagi, dengan segera Nashruddin menyantap sup
panas itu tanpa mendinginkannya terlebih dulu.
Suapan pertama dinikmatinya dengan sangat
cepat sehingga mulut Nashruddin terbakar. Dia
merasa seakan-akan api telah berkobar dalam
perut dan mulutnya. Karena merasa kepanasan,
25
ke rumahnya. Lalu, Nashruddin ikut masuk dan
pencuri itu pun menoleh padanya sembari
berkata, "Hai orang tua, apa yang sedang kau
lakukan di sini?" Nashruddin pun menjawab,
"Bukankah aku telah pindah ke rumah ini?"
tidak mengembalikan ketel itu. Pemilik ketel itu
pun mendatangi Nashruddin untuk memintanya
kembali. Karenanya, Nashruddin berkata,"Aduh,
sayang sekali, ketel milikmu telah mati."
Sang pemilik ketel itu pun menjadi bingung
dan berujar dengan suara tersendat, "Sejak kapan
sebuah ketel dapat hidup dan mati?" Nashruddin
pun menjawab, "Mengapakah engkau percaya
kalau ketel itu dapat beranak, sementara engkau
tidak percaya kalau ia juga bisa mati?"
CANDA ALA SUFI
Nashruddin pun lari tak tentu arah, hingga
sampailah dia di pasar. Dia berteriak dan berkata,
"Jangan mendekatiku; ada kebakaran di
mulutku."
26
Tepung Dijemur di Atas Tali
Tetangga Nashruddin ingin meminjam tali
jemuran. Nashruddin lalu masuk ke dalam
rumah dan keluar kembali seraya berkata, "Maaf,
keluarga saya sedang memakainya untuk
mengeringkan tepung."
Mendengar jawaban Nashruddin, orang itu
berkata, "Bagaimana mungkin mengeringkan
repung dengan tali jemuran?" Nashruddin
menjawab, "Subhanallah, itu sesuatu yang
mungkin bila Anda sudah memiliki niat untuk
tidak meminjamkannya kepada orang lain."
27
Kalau Itik Tak Didapat, Cukup Kuahnya Saja
Suatu hari, Nashruddin melihat seekor
itik di pinggir sebuah danau. Dia lalu
berusaha menangkapnya, namun tidak berhasil,
karena itik itu berlari dengan cepat dari hadapannya.
Kebetulan, saat itu Nashruddin membawa
sepotong roti. Dia kemudian mencelupkan roti
itu ke air danau dan mengunyahnya. Tiba-tiba,
salah seorang temannya lewat di hadapan
Nashruddin dan berkata," Alangkah nikmatnya
apa yang sedang kaumakan! Apa itu?"
Nashruddin pun menjawab, "Sup itik... Jika kau
tak beroleh itik, cukup kau celupkan rotimu ke
dalam air bekas itik berenang!"
CANDA ALA SUFI
Saya Kira Anda adalah Saya
Suatu hari, Nashruddin berjumpa
dengan seorang pria yang belum pernah
dikenalnya. Anehnya, Nashruddin berbicara
padanya dengan sangat akrab; seolah-olah teman
karib yang sudah lama tak bertemu.
Ketika orang asing itu hendak beranjak pergi,
Nashruddin bertanya padanya, "Maaf, wahai
CANDA ALA SUFI
tuanku, saya belum mengenal Anda. Siapakah
sebenarnya Anda ini?" Orang itu menjawab,
"Kalau begitu, mengapa Anda tadi berbicara
sangat akrab pada saya; seakan-akan kita sudah
lama kenal?"
Nashruddin kemudian berkata padanya,
"Maaf, sedari tadi saya memperhatikan sorban
dan jubah Anda; sungguh itu seperti sorban dan
jubah saya. Jadi saya kira Anda adalah saya."
28
tinggal Nashruddin. Sesaat sebelum tiba di
rumah Syaikh Nashruddin, dia berjumpa dengan
seorang pria tua, mengenakan jubah dan sorban,
sedang asyik membajak sawah. Pelajar itu
mendekati dan berbincang-bincang dengannya.
Dia tidak tahu kalau orang tua itu adalah Syaikh
Nashruddin yang sedang dicarinya.
Setelah mendengarkan kata-katanya yang
sarat ilmu dan kesantunan, pelajar tersebut yakin
bahwa orang yang sedang diajaknya bicara adalah
seorang yang cerdas dan bijak. Karena itu, dia
mulai menanyakan tentang masalah yang sulit
dipahaminya.
Tiba-tiba Nashruddin melihat sebuah
bungkusan kain berisi buah delima yang dibawa
pelajar itu. Nashruddin pun berkata padanya,
"Beri aku sebutir delima untuk setiap pertanyaan,
maka aku akan menjawab seluruh pertanyaanmu
itu."
Dengan cara itu, sang pelajar menanyakan
seluruh kesulitan yang dihadapinya pada
Nashruddin. Setiapkali menjawab pertanyaan
yang diajukan, Nashruddin menerima sebutir
29
Sebutir Delima untuk Satu Pertanyaan
Seorang pelajar mendapatkan kesulitan
mengenai beberapa persoalan dalam pelajarannya.
Dia sudah bertanya kepada beberapa orang
ulama, tetapi tak seorang pun di antara mereka
yang dapat menjawabnya. Mereka malah berkata
padanya, "Satu-satunya orang yang dapat
menyelesaikan seluruh pertanyaanmu itu adalah
Syaikh Nashruddin yang tinggal di kota Aq
Syahr."
Pelajar tersebut lalu pergi ke kota tempat
CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
delima. Sampai akhirnya, delima yang ada di
dalam bungkusan itu pun habis.
Kemudian, pelajar itu berkata, "Saya masih
memiliki satu pertanyaan lagi."Nashruddin pun
menjawab, "Tapi buah delimamu sudah habis.
Jadi, pergilah dari sini."Nashruddin pun kembali
membajak sawahnya. Sementara, pelajar itu
beranjak pulang sembari bergumam, "Jika para
petani negeri ini begitu pandai, apalagi para
ulamanya..."
30
CANDA ALA SUFI
himpitan dan kepanasan. Tak ada jalan lain
kecuali melepaskan semuanya, agar mereka dapat
hidup bebas sesuai dengan keinginannya.
Nashruddin membuka pintu sangkar itu.
Satu persatu ayam Nashruddin keluar dan
terbang berhamburan. Nashruddin mengambil
tongkatnya lalu pergi. Namun, tiba-tiba
dijumpainya seekor ayam yang sedang terdiam.
Nashruddin mengusirnya dan berkata padanya,
"Sialan! Semoga kamu cepat mati. Kamu dapat
membedakan waktu subuh dan waktu tengah
malam, namun mengapa kamu tidak tahu jalan
siang-siang begini."
Ayam Itu Tak Tahu Jalan
Suatu hari, Nashruddin meletakkan
beberapa ekor ayam jantan miliknya ke
dalam sebuah sangkar besar. Dia lalu membawanya
dari satu kota ke kota lainnya untuk
dijual.
Di tengah jalan, dia merasa sangat berat
membawa kurungan itu. Dia lalu berkata pada
dirinya sendiri bahwa binatang-binatang itu akan
segera mati, karena satu sama lain saling ber-
KeledaiAkhirat
Suatu hari, Nashruddin berjalan di
pekuburan. Tiba-tiba, kakinya terperosok
dan jatuh ke sebuah liang lahat tua. Tatkala
berada di dalam, terlintas dalam benaknya untuk
mencoba kalau-kalau dia dapat melihat rupa
malaikat Munkar dan Nakir, yang katanya akan
mendatangi orang yang berada dalam kubur.
31
CANDA ALA SUFI
Tak lama kemudian, terdengar gemerincing
keras suara lonceng, mendekat ke arah kuburan
di mana Nashruddin berada. Dia mengira kiamat
telah tiba. Dengan terburu-buru, dia keluar dari
kuburan itu; hendak melarikan diri. Namun,
keledai-keledai yang menjadi penyebab suara
ribut dan bising itu sudah mendekat padanya.
Melihat Nashruddin yang setengah telanjang
dan berjalan tergopoh-gopoh, keledai-keledai itu
ketakutan dan lari tunggang-langgang, sehingga
satu sama lain saling bertubrukan. Akibatnya,
semua barang bawaan berharga di punggung
mereka jatuh berserakan dan rusak.
Pemilik keledai-keledai itu pun kaget.
Mereka terheran-heran melihat keadaan dan
tingkah laku Nashruddin. Lantas mereka
bertanya, "Hai, siapa kamu dan sedang apa di
sini?" Nashruddin menjawab, "Aku penduduk
akhirat, kedatanganku ke sini adalah untuk
melihat-lihat dunia...."
Mereka berkata, "Berhenti! Kalau begitu, aku
akan tujukkan padamu bagaimana caranya
berdarmawisata." Mereka lalu menghajar
32
Nashruddin hingga kepalanya memar dan wajah
serta bagian tubuh lainnya berdarah. Setelah itu,
mereka meninggalkannya dalam keadaan
pingsan.
Tengah malam, Nashruddin siuman. Dengan
sempoyongan, dia pulang ke rumah. Istrinya
kaget begitu membuka pintu dan me-lihatnya.
Dia lalu bertanya kepada Nashruddin, "Apa yang
terjadi padamu? Dari manakah engkau malammalam
begini?"
Nashruddin menjawab, "Aku jatuh terperosok
ke dalam kuburan dan aku berkumpul
dengan orang-orang yang sudah mati." Istrinya
kembali bertanya, "Lalu, apa yang kau lihat di
sana?" Nashruddin menjawab, "Di akhirat tidak
ada apa-apa, kalau saja keledai-keledai itu tidak
lari ketakutan."[]
33
CANDA ALA SUFI
Tak Ada Ayam Betina Tanpa Ayam Jantan
Suatu hari, sekelompok anak muda
cota Aq Syahr mengajak Nashruddin
pergi ke pemandian. Mereka sepakat bahwa
masing-masing di antara mereka akan membawa
sebutir telur.
Sesampainya di pemandian dan telah
melepas pakaian, Nashruddin berkata, "Ayo, kita
sama-sama membayangkan bahwa kita semua
adalah ayam betina yang sedang bertelur. Siapa
yang gagal bertelur, dia harus membayar ongkos
mandi semua orang yang ada di ruangan ini."
Lalu, mereka duduk dan menirukan suara
ayam betina saat hendak bertelur. Tak lama
35
2
eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
CANDA ALA SUFI
kemudian, masing-masing orang menunjukkan
telurnya dengan tangan mereka.
Setelah melihat mereka dalam keadaan
seperti itu, Nashruddin bangun dan berkokok
seperti layaknya seekor ayam jantan. Para
pemuda itu bertanya kepadanya, "Apa yang
sedang kau lakukan?" Nashruddin menjawab,
"Aku adalah ayam jantan kalian. Pernahkah
kalian melihat dalam hidup ini ayam betina tanpa
ayam jantan?"
36
CANDA ALA SUFI
37
Orang Kurdi Tak Mengerti Bahasa Turki
Suatu hari, Nashruddin diundang ke
sebuah pesta besar yang diadakan orangorang
Kurdi. Dia pun datang dengan ditemani
seorang muridnya...
Penduduk negeri itu menyambutnya dengan
upacara sangat meriah. Kebetulan, hidangan yang
disajikan bagi para tamu adalah makanan yang
dapat membuat perut menjadi mulas. Dan
ternyata benar; begitu Nashruddin menikmati
makanan itu, tiba-tiba dia buang angin dengan
suara keras. Para tamu yang mendengarnya diam
saja, agar Nashruddin tidak malu. Sementara,
Nashruddin sendiri terlihat tenang-tenang saja,
tidak peduli.
Setelah pulang ke negerinya, sang murid yang
ikut serta menegurnya dan berkata kepada
Nashruddin, "Maaf, di majlis yang mulia dan
terhormat seperti itu, saya kira tidak sepantasnya
Anda buang angin dengan begitu kerasnya."
Nashruddin pun menjawab, "Dasar bodoh!
Bukankah engkau tahu bahwa mereka adalah
orang Kurdi, sementara aku kentut dengan
bahasa Turki; mereka tidak akan memahaminya."
Bulan di Negeri Kami
Suatu hari, Nashruddin pergi ke kota
Sayufy Khishar. Di sana, dia melihat
orang-orang sedang berkumpul di suatu tempat
tinggi guna melihat munculnya bulan sabit
sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan.
Dia lalu mengejek mereka dan berkata, "Aku
heran pada kalian... Penduduk negeriku melihat
CANDA ALA SUFI
bulan seperti roda gerobak; mereka dapat
melihatnya tanpa harus bersusah payah.
Sementara, kalian telah menghabiskan waktu
untuk mencari bulan sabit yang lebih halus
ketimbang benang."
38
CANDA ALA SUFI
39
Makanlah, Jubah Mewahku...
Suatu hari, Nashruddin diundang
untuk menghadiri sebuah walimah. Dia
lalu pergi dengan mengenakan pakaian jelek dan
lusuh. Sesampainya di tempat undangan, tak
seorang pun menyambut Nashruddin dengan
baik, bahkan menoleh pun tidak.
Melihat prilaku mereka yang kurang
menyenangkan itu, seketika Nashruddin keluar
dan pulang ke rumah. Dia lalu melepas
pakaiannya yang lusuh itu dan mengenakan
jubah paling bagus miliknya. Kemudian, dia
segera kembali ke tempat itu.
Setelah melihat Nashruddin dengan pakaian
begitu mewah, mereka langsung menyambutnya
dengan penuh penghormatan dan pengagungan.
Lalu, mendudukkannya di tempat terdepan dan
memberinya makanan paling enak dan mahal.
Tak lama, Nashruddin pun melepas jubahnya dan
berkata padanya, "Makanlah, wahai yang memiliki
kehormatan dan kemewahan."
Melihat tingkah aneh Nashruddin itu, orangorang
yang berada di sekitarnya bertanya;
"Nashruddin, apa yang sedang kaulakukan
dengan jubahmu itu?" Dia menjawab, "Sesungguhnya
jubah mewahku ini mengetahui
segala yang tidak kalian ketahui dan dia lebih
berhak beroleh makanan ketimbang aku. Sebab,
seluruh penghormatan telah ditujukan padanya,
bukan padaku."
Andai Lebaran Tiap Hari
Saat musim paceklik, Nashruddin pergi
ke sebuah desa. Di sana dia melihat penduduknya
hidup sejahtera dan bahagia. Mereka
menyuguhkan padanya manisan paling enak dan
CANDA ALA SUFI
40
CANDA ALA SUFI
bawanya ke sana kemari sedari pagi, namun
belum juga ada orang yang menawarnya."
Temannya berkata, "Bawalah ke sini sapimu itu...
Biarlah aku yang membawanya dan menawarkannya
pada orang-orang."
Orang itu lalu menawarkannya pada orangorang
sembari berkata, "Sapi ini masih perawan
dan hamil enam bulan..." Dengan cepat, para
pembeli berdatangan dan sapi itu akhirnya dibeli
oleh seseorang dengan harga yang lebih tinggi
dari yang diharapkan Nashruddin. Lalu,
Nashruddin berterima kasih pada temannya dan
pulang ke rumah dengan bahagia.
Selang beberapa hari, Nashruddin dikunjungi
beberapa orang ibu untuk melihat anak
gadisnya. Karena itu, istrinya minta pada
Nashruddin agar sejenak masuk ke kamar. Dia
lalu menemui mereka, memperlihatkan anak
perempuannya, dan menunjukkan beberapa
kelebihan serta kecantikan putrinya itu. Tentu
saja, dia melakukan itu agar mereka mau
meminangnya untuk anak mereka.
Tak lama kemudian, Nashruddin me-
41
makanan paling lezat. Nashruddin lalu bertanya
kepada mereka, "Mengapa penduduk desa ini
hidup dalam kemakmuran sementara orangorang
di desaku kelaparan?"
Salah seorang di antara mereka menjawab,
"Bukankah engkau tahu bahwa kita sekarang
berada di hari lebaran? Jauh-jauh sebelumnya,
setiap orang telah menyiapkan makanan dan
manisan sedap untuk menyambut datangnya
hari mulia ini." Nashruddin berpikir sejenak lalu
berkata,"Andai setiap hari adalah lebaran, tentu
negeriku akan bebas dari paceklik."
Wanita dan Sapi Hamil
Suatu hari, Nashruddin pergi ke pasar
untuk menjual sapinya. Namun, tak
seorang pun berniat membelinya.
Tiba-tiba, salah seorang teman Nashruddin
melihatnya dan bertanya padanya, "Mengapa
sapimu belum juga laku hingga sekarang?"
Nashruddin menjawab, "Ya, aku sudah mem-
CANDA ALA SUFI
manggil istrinya dan berkata padanya, "Buka
mulutmu dan ucapkan sebuah kalimat, karena
aku telah menemukan sebuah cara baru untuk
membuat laris barang dagangan yang tak laku."
Ya, cara itu akan Nashruddin terapkan pada anak
perawannya agar orang-orang berdatangan
untuk melamar anak perempuannya. Istri
Nashruddin lalu berkata pada dirinya sendiri,
"Mungkin suamiku ini telah menemukan sebuah
cara baru dan terbaik."
Setelah istri Nashruddin menemui mereka,
anak perempuannya ikut keluar; dia memberi
hormat dan mencium tangan mereka dengan
ramah. Setelah itu, istri Nashruddin berkata pada
mereka, "Ibu-ibu yang mulia. Ada sepatah kata
yang ingin disampaikan oleh ayah gadis ini. Oleh
karena itu, kami harap agar Anda sekalian sedikit
bersembunyi."
Kemudian, Nashruddin keluar dan berkata
pada mereka, "Wahai ibu-ibu mulia, kami tidak
akan berbicara panjang lebar. Kami hanya ingin
menyampaikan sepatah kata sangat ringkas;
putriku ini masih perawan dan sedang hamil
enam bulan. Sekian...."
CANDA ALA SUFI
Mendengar itu, mereka satu sama lain saling
menatap. Lantas, sembari bergegas mereka pergi
meninggalkan rumah Nashruddin tanpa
berbicara sepatah kata pun.
43
Apa Urusanmu?
Ketika Nashruddin berada di pasar,
;esorang pria datang menemuinya
dengan tergopoh dan berkata padanya, "Ada
kabar baik yang ingin kusampaikan padamu;
anakmu lahir laki-laki..." Nashruddin pun
menjawab, "Syukur alhamdulillah, anakku lahir
laki-laki. Lalu, apa urusanmu?"
Keledai Itu Tak Mau
Seorang tetangga menemui Nashruddin
guna meminta kembali keledainya yang
telah dipinjam. Nashruddin berkata kepadanya,
"Aku akan bermusyawarah lebih dulu dengan
keledai itu, semoga dia bersedia..."
42
CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
Nashruddin lalu masuk ke kandang keledai
itu dan kembali menemui tetangganya seraya
berkata, "Aku sudah bermusyawarah dengan
keledai itu, namun dia tidak mau. Sebab, dia tahu
bahwa engkau akan memukulinya sampai luka,
dan dia akan mencerca dan mencela pemiliknya."
Pengaruh Amoniak
Suatu saat, keledai Nashruddin tak mau
naik ke gunung, sekalipun dia telah
bersusah-payah memukulinya dengan tongkat.
Melihat itu, teman Nashruddin memberinya
resep untuk menghilangkan sifat malasnya itu,
yaitu dengan mengoleskan amoniak pada tubuhnya.
Nashruddin segera melakukan nasihat
sahabatnya itu. Tak lama setelah obat itu dioleskan
pada tubuhnya, keledai itu langsung lari
dengan kencang sehingga Nashruddin pun tak
mampu mengejarnya.
Setelah mencari kayu bakar dan hendak
pulang, Nashruddin merasa sangat kelelahan. Dia
lalu teringat pada obat untuk keledai yang
diberikan temannya itu. Dia kemudian mengambil
dan mengoleskan obat itu ke tubuhnya
sendiri dengan sangat banyak. Apa yang
dirasakan keledai itu kini juga dirasakan
Nashruddin. Dia kepanasan dan melompatlompat
sembari berlari dengan kencang; bak
orang kesurupan.
Nashruddin pun tiba di rumahnya, jauh
lebih dulu ketimbang keledainya. Melihat
Nashruddin lari kencang dan melompat-lompat
seperti itu di depan rumah, istrinya terheranheran
dan berkata, "Celaka engkau, apa yang
telah menimpamu?" Nashruddin menjawab,
"Tidak ada apa-apa, tapi jika engkau ingin mengejarku.
oleskan saja sedikit obat ini pada
tubuhmu."
Andai Aku Hidup, Kuperlihatkan pada Kalian
Suatu hari, Nashruddin bertanya
kepada istrinya, "Apa beda orang yang
sudah mati dengan orang yang masih hidup."
Istrinya menjawab, "Jika kedua tangan dan
kakinya dingin."
44 45
CANDA ALA SUFI
Beberapa hari kemudian, saat musim hujan,
seperti biasanya Nashruddin pergi ke gunung
untuk mencari kayu. Tiba-tiba, kedua kaki dan
tangannya menjadi dingin. Lalu dia teringat pada
apa yang telah dikatakan istrinya. Nashruddin
pun bergumam, "Aku telah mati."
Nashruddin kemudian terlentang di bawah
pohon, beristirahat, dan membiarkan keledainya
merumput di tanah lapang. Tak lama kemudian,
datanglah beberapa ekor srigala dan menyergap
keledai miliknya. Sebenarnya, Nashruddin
melihat dan mendengar apa yang telah dilakukan
srigala-srigala itu, namun dia hanya mengintip
dan berkata kepada srigala-srigala itu, "Celaka
kalian, mengapa kalian menyergap seekor keledai
yang pemiliknya telah mati...Lalu siapa yang
akan menolongnya? Andai aku hidup, tentu
kuperlihatkan sesuatu pada kalian."
46 47
Percaya pada Keledai, Bukan Jenggot Beruban
Suatu saat, tetangga Nashruddin
hendak meminjam keledai miliknya.
Nashruddin berkata padanya, "Keledaiku ada di
pasar." Nashruddin belum selesai memberikan
jawaban tentang keledainya itu, ketika tiba-tiba
terdengar ringkik keledai dengan suara sangat
keras dari dalam kandang.
Tetangga itu lalu berkata padanya, "Wahai
Syaikh, suara keledaimu telah menggema ke
seluruh penjuru dunia, namun engkau tidak mengakui
keberadaannya." Nashruddin pun
menggoyangkan kepalanya dan berkata sambil
memegang jenggotnya, "Aneh juga orang ini;
percaya pada keledai, tapi tidak percaya pada
jenggot beruban ini."
Suatu hari, Nashruddin sangat
membutuhkan uang dan hendak
menjual keledainya ke pasar. Di tengah jalan, ekor
keledai Nashruddin itu terlihat sangat kotor
sehingga membuat penampilannya menjadi
kurang enak dipandang. Lalu, Nashruddin
Ekornya Ada
CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
mengambil pisau dan memotongnya, kemudian
memasukkannya ke dalam pundi pelana.
Setelah masuk pasar, para pembeli mengerumuninya.
Melihat adanya keganjilan pada
keledai itu, mereka pun tidak jadi membelinya.
Lantaran sikap mereka itu, Nashruddin berkata
kepada mereka, "Kita sepakati dulu harganya.
Sebab ekornya ada; aku menyimpannya."
48
CANDA ALA SUFI
itu mundur ke belakang dan lari ketakutan,
sehingga Nashruddin dan keledainya selamat.
Nashruddin merasa sangat gembira dan terlintas
dalam benaknya untuk membalas jasa katakkatak
itu. Nashruddin lalu mengulurkan tangannya
ke dalam saku dan mengambil beberapa
dirham uang. Kemudian, dia melemparkannya
ke danau sembari berkata, "Uang-uang ini untuk
kalian semua, belilah manisan dan makanlah
dengan suka ria."
49
Ketika kembali dari sebuah tempat
iengan menunggangi keledainya,
Nashruddin menjumpai sebuah danau. Tibatiba,
keledai itu sangat kehausan. Nashruddin
berusaha mendekat ke danau itu untuk memberinya
minum. Karena tempat yang dipijak kaki
keledai itu berair dan licin, kedua tangan dan kaki
Nashruddin terlepas dan hampir saja dia beserta
keledainya jatuh ke dalam air.
Dalam keadaan semacam itu, terdengarlah
suara beberapa ekor katak. Spontan saja keledai
Silakan Kencing, Wahai Jagoan
Suatu hari, Nashruddin berjalan di
sebuah pekuburan. Dia melihat seekor
anjing yang sedang kencing di atas kuburan.
Nashruddin lalu mengambil tongkatnya dan
mendekat pada anjing itu untuk memukulnya.
Tiba-tiba, anjing itu membuka mulutnya
dan menampakkan taringnya, kemudian menggonggong
padanya bagai seekor srigala yang
hendak memangsa. Nashruddin pun menjadi
takut dan mundur ke belakang. Lalu, dia berkata
Balasan untuk Katak
CANDA ALA SUFI
Banyak Saja Diberikan, Apalagi Sedikit
Nashruddin biasa berdoa kepada
Allah di waktu sahur, kemudian
memohon kepada-Nya agar diberi rezeki berupa
uang sebanyak seribu dirham emas. Namun, dia
tidak akan mengambilnya kecuali 999 dirham
saja.
Nashruddin juga memiliki seorang tetangga
Yahudi, yang setiap hari mendengarkan doanya.
Suatu hari, tetangga Yahudinya itu hendak
menguji Nashruddin. Dia menaruh uang
sebanyak 999 dirham emas dalam sebuah pundi.
Ketika datang waktu sahur, seperti biasa,
Nashruddin mulai berdoa dengan doa yang biasa
dilakukannya. Orang Yahudi itu pun melemparkan
pundi itu ke dalam rumah Nashruddin
melalui cerobong asap. Lalu, si Yahudi itu
mengintip dan memperhatikan apa yang bakal
dilakukan Nashruddin.
50 51
kepada anjing itu, "Silakan kencing, wahai
jagoan."
Melihat pundi berisikan uang itu,
Nashruddin bersyukur kepada Allah dan mengucapkan
alhamdulillah, karena Allah telah
mengabulkan doanya. Nashruddin mengambil
kantung itu dengan tenang dan sopan, lalu
menghitungnya. Ternyata, uang itu sesuai dengan
yang diharapkannya. Nashruddin berkata,
"Sesungguhnya yang memberikan kepadaku
uang sebanyak 999 dirham ini, tentu tidak akan
kikir dengan uang yang satu dirham."
Lalu, dia menyembunyikan pundi tersebut.
Melihat itu, dengan segera orang Yahudi itu pergi
ke rumah Nashruddin sambil tertawa dan
berkata, "Kembalikan uangku itu! Aku hanya
ingin menguji dan mempermainkanmu agar aku
tahu kesungguhanmu dalam memohon rezeki
kepada Allah Swt."
Dengan penuh heran, Nashruddin berkata
kepada Yahudi itu, "Dirham mana yang kau
maksudkan? Apakah engkau pernah meminjamiku
uang?" Orang Yahudi itu menjawab, "Tidak,
wahai tuan, sesungguhnya uang itu bukanlah
uang yang kamu mohon kepada Tuhanmu, tetapi
CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
itu uangku yang kulemparkan lewat cerobong
asap."
Nashruddin berkata padanya, "Gila kamu,
cerita macam ini tidak akan ada yang mempercayainya.
Apakah engkau pernah mendengar,
di zaman sekarang ini, adanya seorang Yahudi
yang terlintas dalam benaknya untuk memberikan
uang sebanyak itu kepada orang lain
lewat cerobong asap? Sungguh, uang yang
kudapatkan itu adalah bukti nyata terkabulnya
doaku, dan itu datang dari khazanah kekayaan
Allah Swt yang Mahaluas."
Lalu, terjadilah perselisihan di antara
keduanya, dan Nashruddin bersikeras pada
pendapatnya. Setelah meliha^ Nashruddin begitu
berkeras dalam mempertahankan pendapatnya,
orang Yahudi itu berkesimpulan bahwa
perselisihan itu tidak akan terselesaikan kecuali
bila diajukan pada seorang hakim. Orang Yahudi
itu berkata pada Nashruddin, "Untuk mengakhir i
perselisihan ini, sebaiknya kita pergi ke seorang
hakim."
Nashruddin menjawab, "Jika itu yang kau
52 53
harapkan, mari kita pergi ke sana. Akan tetapi,
aku sudah tua dan tidak dapat pergi ke tempat
hakim itu dengan berjalan kaki. Sebab, di
samping rumahnya jauh, aku juga tidak tahan
dengan hawa dingin. Sementara, aku tidak punya
baju tebal untuk menyelimuti tubuhku."
Yahudi itu berkata padanya, "Aku akan
sediakan untukmu keledai dan baju mantel
tebal." Lalu, keduanya pergi menuju rumah
seorang hakim. Sementara Yahudi itu berjalan
kaki, Nashruddin menunggang keledai dan
mengenakan baju mantel tebal milik Yahudi itu.
Setelah kedua orang itu masuk ke rumah
seorang hakim, si Yahudi itu membeberkan
persoalannya. Setelah selesai, hakim itu berkata
pada Nashruddin, "Lalu, bantahan apa yang akan
kau katakan dalam kasus ini?"
Nashruddin pun angkat bicara, "Wahai
hakim, dia telah mengada-ada. Aku tidak mendapatkan
uang darinya, namun aku memperoleh
uang dirham itu dari anugrah Allah Swt yang
Mahaderma kepada hamba-Nya. Sehingga,
dakwaannya itu sangat tidak logis dan tak dapat
CANDA ALA SUFI
54 55
diterima. Seandainya ada seorang yang akan mati
kelaparan pun, karena kikirnya, dia tidak akan
memberikan bahkan sepotong roti pun. Lantas,
bagaimana mungkin dia akan memberikan
kepadaku uang sebanyak itu. Sungguh, dia ingin
menipuku dan merampas seluruh hartaku ini.
Mungkin saja sebentar lagi dia akan mengaku
bahwa keledai yang kutunggangi itu dan baju
mantel yang kupakai ini adalah miliknya juga."
Mendengar kata-kata Nashruddin, Yahudi
itu pun terkejut dan takut akan kehilangan
keledai serta baju mantelnya. Dia lalu berkata
pada Nashruddin,"Apakah keledai dan mantelku
itu akan kau dakwa menjadi milikmu juga?
Sungguh aku merasa kasihan padamu karena
engkau seorang yang tua, sehingga kubiarkan
engkau mengendarai keledaiku dan aku berjalan
kaki!"
Nashruddin berkata kepada hakim itu,
"Wahai tuan hakim, bukankah telah Anda dengar
ucapannya? Mulai hari ini, saya tidak akan
mempercayainya. Sungguh aneh orang ini; segala
milikku.dia dakwa menjadi miliknya."
Setelah mendengar perang kata-kata antara
kedua orang itu, hakim itu lalu berdiri dan
memberikan keputusannya, "Keluarlah wahai
Yahudi... Telah tampak kebenaran atas semua
masalah ini. Sungguh, seluruh dakwaanmu
bohong dan tidak benar. Kamu ingin merampas
harta milik orang tua yang patut dikasihani ini."
Orang Yahudi itu pun keluar sambil
menangis dan mengadukan nasibnya yang
malang itu. Sementara, Nashruddin menunggangi
keledai itu dan pulang ke rumahnya
dengan tenang. Tak lama setelah orang Yahudi
itu tiba di rumahnya, Nashruddin pergi ke rumah
orang Yahudi itu dan mengembalikan seluruh
harta miliknya, tanpa berkurang satu dirham
pun; begitu juga keledai dan baju mantelnya.
Nashruddin lalu berkata padanya, "Janganlah
engkau turut campur dalam urusan hamba
dengan Tuhannya. Sebab, itu akan membuat
cemas dan gelisah hati seorang hamba."
Tenyata, kejadian itu menjadi pelajaran besar
bagi orang Yahudi itu. Tak lama kemudian, orang
Yahudi itu datang ke rumah Nashruddin untuk
CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
Dunia Ada di Keledai Nashruddin
Tiga orang pendeta melancong ke
berbagai penjuru dunia. Setiapkali
singgah di sebuah negeri, mereka mencari dan
menemui ulama-ulama handal. Begitu sampai di
Romawi, mereka berkeinginan untuk bertemu
dengan ulama-ulama setempat. Sang raja
diberitahu oleh seseorang agar mengundang
Nashruddin untuk berdiskusi dengan mereka.
Sebab, dia adalah salah seorang ulama yang
sangat terkenal kepandaian dan kesantunannya
di negeri itu.
Lalu, sang raja mengadakan jamuan makan
di halaman istana dan mengundang Nashruddin
beserta tiga pendeta itu. Tak lama kemudian,
Nashruddin datang untuk memenuhi panggilan
sang raja, namun dia tetap saja berada di atas
keledainya. Setelah semua berkumpul,
56
Nashruddin berkata kepada mereka, "Mari kita
mulai diskusi ini, lalu setelah itu kita menikmati
jamuan."
Salah seorang di antara ketiga pendeta itu
bertanya pada Nashruddin, "Wahai tuan, di
manakah pertengahan dunia ini?" Nashruddin
menjawab pertanyaan itu dengan memberi
isyarat kepada tempat di mana keledainya
meletakkan kaki-depan-kanannya dan berkata,
"Tengah-tengah dunia persis di tempat itu."
Pendeta itu bertanya kembali, "Apa bukti
jawaban Anda itu?" Nashruddin menjawab, "Jika
kalian tak percayai, silakan ukur. Jika lebih atau
kurang, berarti aku bohong..."
Kemudian pendeta kedua bertanya, "Berapa
jumlah bintang di langit?" Nashruddin menjawab,
"Jumlahnya sebanyak rambut keledaiku."
Mendengar jawaban Nashruddin, mereka
kembali bertanya, "Bagaimana Anda dapat
mengetahuinya?" Nashruddin menjawab, "Jika
kalian tak percaya pada jawabanku ini, hitunglah!
Jika kurang, walau satu helai rambut saja, maka
engkaulah yang berhak untuk bicara." Lalu salah
57
bertaubat dan menyatakan keislamannya
kepadanya.
CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
seorang di antara mereka bertanya, "Mungkinkah
rambut keledai dihitung?" Nashruddin menjawab,
"Ataukah engkau mau menghitung
bintang di langit?"
Lalu, orang yang ketiga bertanya padanya,
"Berapa jumlah rambut jenggotku ini?"
Nashruddin menjawab dengan tegas, "Sebanyak
bulu ekor keledaiku." Dia pun bertanya kembali,
"Bagaimana engkau dapat mengetahuinya?"
Nashruddin pun menjawab, "Coba cabut rambut
jenggotmu itu dan orang lain mencabut rambut
ekor keledaiku. Jika sama jumlahnya, maka
akulah yang benar. Jika tidak, kamulah yang
benar."
Mereka tertawa bahagia atas jawaban
Nashruddin yang begitu cepat dan memuaskan.
Mereka kagum pada kecerdasan dan kehalusan
budi pekerti Nashruddin.
58
CANDA ALA SUFI
Karena Saran Seorang Teman
Setelah Taimurlank (perterus Jenghis
Khan—peny.) berhasil mengalahkan
Sultan Bayazid Khan beserta pasukannya dalam
"Peristiwa Anqarah"yang terkenal itu, dia tinggal
selama beberapa waktu di kota Aq Syahr.
Saat itu, Nashruddin memiliki nama yang
harum dan hubungan yang baik dengan
Taimurlank, sehingga dengan begitu kota Aq
Syahr menjadi aman dari berbagai kejahatan dan
kekejaman yang biasa dilakukan Taimurlank
beserta anak buahnya manakala mereka
menginjakkan kedua kakinya di sebuah tempat.
Mereka biasa merampas harta benda penduduk
sesukanya, bahkan tidak segan-segan membunuh
siapasaja yang melawan.
Suatu hari, Nashruddin bermaksud membalas
jasa Taimurlank dengan memberikan
hadiah berupa tiga butir buah yang ada bukan
pada musimnya. Nashruddin lalu meletakkan
buah itu di atas nampan dan membawanya ke
rumah Taimurlank.
Di tengah jalan, buah itu menggelinding.
59
CANDA ALA SUFI
Dengan kesal, Nashruddin berkata kepada buah
tersebut, "Hai, tenanglah di tempatmu. Kalau
tidak, aku akan memakanmu." Setiapkali
Nashruddin melangkah, buah itu selalu bergerak
dan menggelinding. Lantaran tak sabar,
Nashruddin akhirnya menyantap yang dua butir.
Dengan demikian, tinggallah satu butir yang akan
diberikan kepada Taimurlank. Lalu, Nashruddin
memberikan itu kepadanya dan dia pun merasa
bahagia sekali, sehingga memberi Nashruddin
banyak hadiah berharga.
Beberapa hari kemudian, karena tamak pada
hadiah yang diberikan Taimurlank, Nashruddin
datang kembali dengan membawa satu keranjang
buah Syamandar. Di tengah jalan, dia bertemu
dengan salah seorang sahabatnya, yang menyarankan
kepadanya agar buah Syamandar yang
dibawanya itu diganti dengan buah tin. Karena,
menurutnya, buah itu jauh lebih lembut dan
lebih patut diberikan kepada seorang raja.
Nashruddin pun tertarik pada sarannya itu
dan segera pergi ke pasar untuk membeli satu
keranjang buah tin. Namun, setelah hadiah itu
60
CANDA ALA SUFI
sampai di tangan Taimurlank, dia tidak gembira
seperti sebelumnya. Dia marah karena menganggap
Nashruddin telah menghinanya.
Taimurlank lalu memerintahkan kepada para
pengawalnya untuk melemparkan seluruh buah
tin itu ke tubuh Nashruddin serta memukulinya.
Setiapkali Nashruddin merasakan pukulan,
dia selalu berkata dengan suara lirih, "Syukur
alhamdulillah." Tak lama kemudian, ucapan
Nashruddin itu terdengar Taimulank sehingga
dia tersentak dan kaget lalu berkata padanya,
"Hai, dalam keadaan seperti ini, mengapa engkau
malah bersyukur?"
Nashruddin menjawab, "Benar baginda,
ketika berangkat dari rumah, aku membawa
hadiah untuk baginda berupa satu keranjang
buah Syamandar. Di tengah jalan, saya bertemu
dengan teman saya. Dia menyarankan kepada
saya agar mengganti buah itu dengan buah tin;
karena menurutnya lebih cocok untuk baginda.
Beruntung saya mau menuruti sarannya. Coba
kalau tidak, tentu kepala saya akan memar, mata
saya akan buta, dan hidung saya akan pecah
61
62
sedang berdiri dengan satu kaki di bawah terik
matahari sambil menyembunyikan kepalanya ke
dada.
Taimurlank melihatnya dan pura-pura
menerima alasan Nashruddin. Namun, dengan
perlahan, tiba-tiba dia menginstruksikan kepada
seorang pemusik kerajaan untuk membunyikan
alat-alat musiknya dengan suara keras di dekat
kolam. Begitu mendengar hiruk-pikuk yang
mengagetkan itu, angsa tersebut dengan serta
merta berdiri tegak dengan kedua kakinya, lalu
bergoyang ke kanan dan ke kiri karena kaget dan
ketakutan.
Melihat angsa itu lari, Taimurlank menoleh
pada Nashruddin dan berkata, "Mengapa engkau
masih mau berdusta padaku? Bukankah telah kau
lihat sendiri angsa itu berjalan dengan sepasang
kaki?" Nashruddin menjawab, "Wahai paduka,
tetapi Anda lupa bahwa ketakutan terkadang
dapat menimbulkan keajaiban. Coba saja kalau
Anda sedang ketakutan seperti angsa yang lemah
itu, mungkin Anda juga akan berjalan dengan
empat kaki!"
63
dihantam buah Syamandar. Jadi, seharusnyalah
saya bersyukur kepada Allah atas pertolongan-
Nya yang gaib ini."
Ketakutan Terkadang Menimbulkan Keajaiban
Suatu hari, Nashruddin memasak
seekor angsa. Dia lalu membawanya ke
Taimurlank untuk dihadiahkan kepadanya. Di
tengah jalan, Nashruddin merasa sangat lapar.
Dia lalu menyantap paha angsa itu.
Taimurlank pun heran melihat angsa yang
tak utuh lagi, dan berkata kepada Nashruddin,
"Di manakah kaki angsa yang satunya."
Nashruddin menjawab, "Wahai paduka, sesungguhnya
seluruh angsa di kota ini hanya
memiliki satu kaki saja (sambil menunjuk pada
kaki Taimurlank yang pincang). Jika Anda tidak
mempercayainya, maka silakan Anda melihat
angsa yang ada di tepi kolam yang berada di
hadapan Anda."
Saat itu, kebetulan ada seekor angsa yang
CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
Menjatuhkan Hukuman dengan Pengalaman
Nashruddin menjadi seorang hakim.
Suatu hari, datanglah padanya
seseorang yang mengadukan bahwa telinganya
telah digigit oleh seseorang dan dia tidak terima
atas perlakuan itu. Tetapi, orangyang dituduhnya
menyangkal. Menurutnya, pria itulah yang
menggigit telinganya sendiri, bukan dirinya.
Nashruddin lalu berkata kepada kedua orang itu,
"Sabarlah sejenak, aku akan segera kembali dan
aku akan memutuskan perkara kalian."
Nashruddin masuk ke dalam rumahnya. Dia
mencoba menggigit telinganya dengan mendekatkannya
ke mulutnya. Namun, ketika hendak
menggigit telinganya, dia jatuh ke tanah dan
kepalanya terluka. Kemudian, dia mengikat
lukanya itu dan keluar menemui mereka.
Setelah kembali, pria yang mengadukan
dakwaan menghampirinya dan berkata padanya,
"Bagaimana tuan, mungkinkah seseorang
menggigit telinganya sendiri?" Nashruddin
menjawab, "Wahai anakku, sebagian orang dapat
64
CANDA ALA SUFI
Keributan Hilang, Mantel pun Melayang
Suatu saat, di tengah malam, Nashruddin
mendengar suara ribut di depan rumahnya;
dia ingin mengetahui penyebab keributan
itu. Namun istri Nashruddin melarangnya dan
berkata padanya, "Tetaplah engkau di tempat
tidurmu dan jangan keluar malam-malam
seperti ini." Nashruddin tidak peduli pada
omongan istrinya. Dia lalu keluar sembari meraih
mantelnya untuk menutupi tubuhnya.
Saat sedang berjalan di antara kerumunan
orang untuk mengetahui sumber keributan,
seseorang yang tidak dikenal mendekati
Nashruddin dan menarik mantelnya serta membawanya
kabur dan menghilang di kegelapan.
Nashruddin menoleh ke kanan dan ke kiri,
namun dia tidak melihat seorang pun karena
malam itu memang gelap sekali. Pada saat itulah
65
menggigit telinganya sendiri, bahkan hingga
jatuh ke tanah dan kepalanya terluka."
CANDA ALA SUFI
66 67
Pagi harinya, Nashruddin pergi ke taman
miliknya itu untuk mencari bangkai yang telah
dipanahnya semalam, namun dia tidak mendapatkannya.
Dia hanya melihat sebuah jubah
tebal yang koyak di bagian pusarnya. Nashruddin
langsung bersyukur kepada Allah dan bersujud.
Istrinya berkata padanya, "Apa gerangan
yang terjadi sehingga engkau sujud begitu
khusuk?" Nashruddin menjawab, "Dasar
perempuan bodoh, engkau tidak melihat bahwa
panah itu tepat mengenai pusarnya dan mengoyaknya.
Andai aku mengenakannya, tentu
engkau tahu apa yang akan terjadi; aku akan
terluka dan mati!" Nashruddin lalu menunduk
dan memegang perutnya dengan kedua tangannya
sembari mengucapkan hamdalah. []
CANDA ALA SUFI
orang-orang mulai membubarkan diri, sehingga
tak seorang pun tinggal di sekitar situ.
Dalam kesunyian seperti itu, Nashruddin
merasakan udara yang sangat dingin sekali.
Dengan tubuh menggigil, dia pulang ke rumah.
Di depan pintu, dia disambut istrinya dan
menanyakan tentang sumber keributan itu.
Nashruddin pun menjawab, "Begitu mantelku
melayang, keributan pun hilang."
Di Malam Bulan Purnama
Saat malam purnama, Nashruddin
memandangi sebuah taman miliknya.
Dia lalu berkhayal, seakan-akan ada sesosok
bangkai yang tergeletak di situ. Nashruddin
kemudian membangunkan istrinya dan berkata
padanya, "Cepat! Ambilkan busur dan panah itu."
Istri Nashruddin melaksanakan perintah itu dan
dia sendiri kemudian memanah bangkai itu
hingga terkena bagian perutnya. Hati Nashruddin
menjadi tenang dan dia kembali ke tempat
tidurnya.
Andai Aku Hidup
Suatu hari, Nashruddin pergi mencari
kayu. Dia lalu menuju ke sebuah pohon
untuk memotong dahannya, dan duduk di
samping pohon itu. Tiba-tiba, terdengar suara
seseorang yang berkata padanya, "Hai apa yang
sedang kau lakukan di sini? Lihat... sebentar lagi
engkau akan jatuh!"
Nashruddin tidak begitu peduli akan ucapan
orang itu. Setelah selesai memotong dahan, tibatiba
dia jatuh dan kepalanya terluka. Nashruddin
segera menemui orang itu dan berkata padanya,
69
3
eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
"Wahai anakku, sekarang aku tahu bahwa engkau
benar-benar sakti. Sebab, engkau telah
meramalku dan ramalanmu itu benar terjadi.
Tolong, beri tahu aku bagaimana tanda-tanda
ketika aku akan mati."
Pria itu menjawab, "Jika keledaimu telah
membawa kayu bakarmu dan ia meringkik; suara
pertama menandakan bahwa setengah dari
ruhmu telah keluar. Jika ia meringkik untuk yang
kedua kalinya, itu berarti seluruh ruhmu telah
keluar." Setelah mendengarkan jawaban pria itu,
Nashruddin pun pergi.
Dia berjalan dengan keledainya. Tiba-tiba,
dia menjumpai kafilah yang sedang berjalan
bersama beberapa ekor keledai. Melihat keledaikeledai
itu, keledai Nashruddin pun meringkik.
Nashruddin berkata, "Aduh, saatnya tiba
sakaratul maut." Tak lama kemudian, keledai itu
meringkik untuk yang kedua kalinya dan
Nashruddin berkata, "Sungguh aku sudah mati."
Dia lalu menjatuhkan tubuhnya ke tanah dan terlentang
bagai mayat.
Tak lama, datanglah penduduk desa dan
70
CANDA ALA SUFI
71
CANDA ALA SUFI
Andai Dia Mencuri Sesuatu
Seorang pencuri masuk ke rumah
Nashruddin. Istrinya berkata padanya
dengan ketakutan, "Bukankah engkau melihat
seorang pencuri yang sedang mengitari rumah
melihat Nashruddin terlentang di atas tanah
tanpa bergerak sedikit pun. Mereka mengiranya
sesosok mayat, lalu memasukkannya ke dalam
peti mayat dan membawanya ke desanya untuk
dimakamkan. Di tengah jalan, orang-orang yang
membawa peti itu mendapatkan kesulitan untuk
melalui sebuah jalan berlumpur. Mereka lalu
berhenti dan bermusyawarah untuk memilih
jalan yang lebih dekat dan lebih mudah.
Saat mereka bermusyawarah, tiba-tiba
Nashruddin mengeluarkan kepalanya dari peti
mayat itu sambil memberikan isyarat ke sebuah
arah. Dia berkata, "Seandainya aku hidup, tentu
aku akan memerintahkan kalian untuk melalui
jalan sebelah sana. Sebab, aku tahu kalian dalam
keadaan tersesat."
CANDA ALA SUFI
72
CANDA ALA SUFI
selalu memasaknya untuk teman-temannya,
sehingga di sore harinya Nashruddin hanya
makan roti saja.
Suatu hari, Nashruddin bertanya pada
istrinya, "Mengapa setiapkali aku membawakan
daging pasti selalu habis dan aku tidak pernah
menikmatinya? Kau kemanakan daging itu?"
Istrinya menjawab, "Setiapkali aku memasak dan
menggantungkannya di gantungan, kucing selalu
menyantapnya."
Belum selesai istrinya berkata, Nashruddin
berdiri dan mengambil pisau yang tergantung di
dapur serta menyembunyikannya di laci lalu
menguncinya. Istrinya berkata padanya,
"Mengapa kau sembunyikan pisau itu?"
Nashruddin menjawab, "Takut kucing." Dengan
penuh keheranan istrinya berkata kepada
Nashruddin, "Lalu apa yang akan diperbuat oleh
kucing dengan pisau itu?" Nashruddin
menjawab, "Orang yang diambil daging dalam
gantungannya yang hanya seharga dua girisy,
tentu tidak akan tamak dengan pisau yang
harganya 40 girisy."
73
kita ini?" Nashruddin menjawab dengan tenang,
"Janganlah engkau tergesa-gesa menuduhkan
sesuatu kepadanya. Seandainya dia mencuri
sesuatu, maka dengan mudah aku akan merebutnya."
Haruskah Aku Pergi Lebih Jauh Lagi?
Suatu malam, istri Nashruddin berkata
padanya, "Menjauhlah sedikit dariku."
Dengan cepat Nashruddin mengambil sepatunya
dan berjalan menempuh jarak perjalanan selama
dua jam. Ketika menjumpai seseorang, dia
berkata padanya, "Jika engkau berjumpa dengan
istriku, sampaikan padanya, haruskah aku pergi
lebih jauh lagi?"
Sepotong Daging dan Sebilah Pisau
Setiapkali Nashruddin membawa
sepotong daging ke rumahnya, istrinya
CANDA ALA SUFI
74
CANDA ALA SUFI
75
Burung Gagak Lebih Membutuhkan
Putra Ayahnya
Suatu hari, seseorang bertanya kepada
Nashruddin, "Anak siapa ini?"
Nashruddin menjawab, "Dia adalah anak kerbau
yang belum dapat membuka kedua matanya."
Ternyata, perkataan Nashruddin itu
terdengar oleh ayahnya. Dia lalu berkata padanya
dengan penuh heran, "Dia adalah putra ayahnya,
namun, demi Allah, tidak seorang pun yang
tahu."
Setengah Kepala
Suatu hari, Nashruddin pergi ke sebuah
pemangkas rambut untuk mencukur
rambutnya. Setelah selesai, dia memberikan
kepadanya uang satu dirham. Setelah satu
minggu, Nashruddin datang kembali ke tempat
itu guna mencukur rambut untuk yang kedua
kalinya. Setelah selesai, seperti biasa, pemangkas
rambut itu berdiri di depan Nashruddin untuk
meminta ongkosnya.
Nashruddin berkata kepadanya, "Wahai
sahabat, engkau kan tahu bahwa kepalaku ini
botak, sehingga kepala ini sama dengan setengah
kepala. Bukankah engkau telah memangkas
rambutku ini dua kali? Ongkosnya yang satu
dirham itu!"
Nashruddin beserta istrinya pergi ke
danau untuk mencuci pakaian. Setelah
keduanya sampai dan meletakkan pakaian, tibatiba
datang seekor gagak yang hinggap di atas
pakaian itu lalu membawa terbang sabun
miliknya.
Melihat itu, istri Nashruddin berteriak dan
berkata, "Lihat! Gagak itu telah mencuri sabun
kita." Nashruddin menjawab dengan tenang,
"Mengapa mesti bingung... Bukankah baju sang
gagak jauh lebih kotor ketimbang pakaian kita?
Tentu dia lebih membutuhkan sabun."
CANDA ALA SUFI
Nikahkan Orang yang Makan Kue Harisah
Saat pernikahan Nashruddin, diadakanlah
sebuah walimah yang dihadiri beberapa
orang sahabat dan kerabat Nashruddin. Mereka
menikmati makanan yang telah disediakan. Di
antara makanan yang disajikan untuk mereka itu
adalah kue Harisah yang sangat disukai
Nashruddin. Saat menikmati jamuan tersebut,
mereka lupa untuk mengajak Nashruddin makan
bersama mereka. Nashruddin pun marah, lalu
keluar dan pergi.
Tak lama kemudian, mereka menanyakan
Nashruddin, namun tidak mendapatkannya.
Karena itu, mereka mengutus seseorang untuk
mencarinya. Akhirnya, mereka menemukan
Nashruddin di rumah salah seorang kerabatnya.
Mereka lalu membawanya pulang dan bertanya
padanya, "Mengapa engkau pergi? Bukankah
malam ini adalah malam pengantinmu?"
Nashruddin menjawab, "Aku tak butuh nikah.
Nikahkan saja orang yang makan kue Harisah."
76
CANDA ALA SUFI
77
Keledaiku Sulit Dinaiki
Suatu hari, Nashruddin mengadakan
perjalanan bersama sekelompok orang,
lalu mereka singgah di sebuah tempat. Ketika
mereka hendak meneruskan perjalanan,
Nashruddin meminta kepada salah seorang
temannya untuk mengambilkan keledainya. Dia
lalu mengambil keledai itu dan memberikannya
kepada Nashruddin.
Ketika Nashruddin menaiki keledai itu dan
meletakkan kaki kanannya ke pelana,
Nashruddin terpeleset dan jatuh tersungkur ke
tanah. Seluruh temannya tertawa melihat itu.
Karena malu, Nashruddin berkata, "Aku tidak
tergelincir, tapi keledaiku ini memang sulit
dinaiki."
Setetes Keringat Hammad
Suatu saat, terlihat sebuah noda tinta
berwarna hitam di pakaian Nashruddin.
CANDA ALA SUFI
Teman-temannya lalu menanyakan itu.
Nashruddin menjawab, "Aku tidak tahu. Namun
aku ingat, kemarin muridku Hammad yang
berasal dari negeri Habasyi (Ethiopia) datang
menemuiku dengan berkeringat dan mencium
tanganku. Aku kira, itu pasti bekas keringat
Hammad."
78 79
CANDA ALA SUFI
Kaki Sebelah Kiri Belum Berwudu
Suatu hari Nashruddin berwudu.
Namun, karena airnya sangat sedikit
sekali, dia tidak membasuh kaki kirinya. Ketika
shalat, Nashruddin mengangkat kaki kirinya itu
seperti angsa saat menghangatkan tubuh. Temantemanya
berkata padanya, "Apa yang sedang kau
lakukan, wahai Nashruddin?" Nashruddin
menjawab, "Kakiku yang sebelah kiri belum
berwudu."
Bagaimana Melihat Sebelah Kanan
Datang seorang tamu ke rumah
Nashruddin dan menginap di rumahnya.
Tengah malam, tamu itu terbangun dari
tidurnya dan memanggil Nashruddin sambil
berkata kepadanya, "Wahai tuan, tolong
ambilkan aku sebuah lilin yang ada di sebelah
kananmu itu."
Mendengar permintaan tamunya itu,
Jangan Kau Beri Nama Anakmu Ayyub
Suatu hari, Nashruddin berdiri di atas
mimbar dan berkata, "Wahai kaum
muslimin, di sini kami tidak akan memberikan
nasihat kepada kalian, namun kami ingin
mengingatkan kalian agar tidak memberi nama
anak kalian Ayyub. Sebab, nama Ayyub, jika
seorang anak terus dipanggil demikian, akan
membuatnya ruwet seperti arti kata itu, karena
kata ayyub dalam bahasa Turki berarti tali."
CANDA ALA SUFI
Nashruddin menjadi bingung dan berkata, "Gila
kamu. Bagaimana mungkin aku melihat sebelah
kananku, sementara keadaannya gelap gulita?"
80
CANDA ALA SUFI
Carilah Orang Lain untuk
Membacakan Talqin
Suatu hari, seorang hakim yang tinggal
di kota Sayury Khishar meninggal,
namun antara dia dan Nashruddin ada sedikit
permusuhan.
Ketika hendak memakamkannya, orangorang
meminta kepada Nashruddin untuk
membacakan talqin untuknya. Setelah dikubur,
Nashruddin menjawab, "Aku tidak mau, cari saja
orang lain untuk membacakannya. Sebab, dia
tidak akan mendengarkan omonganku, karena
antara aku dan dia terjadi perselisihan seperti
yang kalian ketahui."
81
Menara al-Tis
Suatu hari, teman-teman Nashruddin
bertanya padanya, "Apa bintangmu?"
Nashruddin menjawab, "Menara al-Tis." Mereka
berkata, "Tidak ada dalam ilmu bintang nama
menara al-Tis."
Maka Nashruddin berkata, "Ketika aku
masih kecil, ibuku menunjukkan kepadaku
menara al-Tis dan dia berkata kepadaku bahwa
itu adalah menara tua. Sekarang, umur menara
itu sudah 40 tahun. Tentunya, tidak diragukan
lagi, menara itu telah berkembang dan menjadi
terkenal."
Di Hadapan Hakim
Suatu hari, seekor anjing membuang
cotoran di jalan, di antara dua rumah.
Kedua pemilik rumah itu berselisih, siapa orang
yang harus membersihkan kotoran itu? Kedua
orang itu pun pergi ke hakim untuk me-
CANDA ALA SUFI
nyelesaikan permasalahan mereka itu. Kebetulan,
Nashruddin berada di rumah hakim itu.
-Setelah keduanya menceritakan masalahnya,
hakim itu bertanya kepada Nashruddin sembari
bergurau, "Apakah kamu dapat menyelesaikan
masalah ini?" Maka dengan tegas Nashruddin
menjawab, "Karena kotoran itu jatuh di jalan
umum, tidak ada yang berkewajiban membersihkan
kotoran itu. Menurutku, yang wajib
membersihkannya adalah hakim ini."
82 83
Bulan yang Lama
Suatu hari, Nashruddin berjalan
menuju sebuah lembah. Dia lalu
dihadang oleh seorang penggembala yang
berkata padanya, "Wahai tuan, apakah Anda
orang yang pandai?" Nashruddin menjawab, "Ya."
Penggembala itu berkata, "Lihadah ke lembah itu,
orang-orang bergelimpangan di sana. Akulah
yang membunuh mereka itu, karena mereka
tidak dapat menjawab sebuah pertanyaanku ini."
Nashruddin lalu bertanya padanya, "Apa
pertanyanmu itu." Penggembala itu berkata,
"Bulan, ketika berupa sabit, kita melihatnya kecil.
Kemudian, dia menjadi besar seperti roda. Lalu,
dia berubah menjadi kecil lagi dan kemudian
menghilang serta yang tampak adalah lainnya.
Lantas, apa yang mereka perbuat dengan bulan
yang lama?"
menjawab, "Ya, dia bersalah, bukan anaknya.
Karena dialah yang mendidik dan mengajari
anaknya."
Sapi yang Bersalah
Suatu saat, seekor anak sapi mengambil
rumput milik Nashruddin, lalu dia lari
dan membawanya pergi. Melihat kejadian itu,
Nashruddin marah dan segera menemui induk
anak sapi itu. Lalu Nashruddin memukulinya
dengan tongkatnya.
Melihat perbuatan Nashruddin itu, tetangganya
bertanya, "Mengapa engkau memukulinya?
Apakah dia telah bersalah?" Nashruddin
CANDA ALA SUFI
84
Nashruddin menundukkan kepalanya dan
berkata, "Kasihan mereka orang-orang bodoh
itu... Bulan yang lama itu bersembunyi karena
musim hujan dan dia sedang membuat kilat."
Penggembala itu lalu memeluk Nashruddin
dan mencium tangannya. Dan dia berkata kepada
Nashruddin, "Demi Allah, inilah jawaban yang
terlintas dalam benakku." []
CANDA ALA SUFI
Kuah Kelinci
Seorang petani menghadiahkan seekor
kelinci kepada Nashruddin. Nashruddin
lalu memberikan penghormatan dan menjamu
petani itu dengan jamuan memuaskan hingga
pulang.
Selang satu minggu, datanglah kepada
Nashruddin seorang yang tidak dikenalnya.
Karena itu, dia bertanya padanya, "Siapakah
engkau?" Orang itu menjawab, "Aku adalah
orang yang menghadiahkan kelinci kepadamu
seminggu yang lalu." Nashruddin pun menghormati
dan menjamunya.
Beberapa hari kemudian, datanglah empat
orang petani. Nashruddin bertanya pada mereka,
85
4
eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
86 87
"Siapakah kalian?" Mereka menjawab, "Kami
adalah tetangga pemilik kelinci itu." Maka
Nashruddin pun menghormati dan menjamu
mereka.
Satu minggu berikutnya datanglah beberapa
orang petani yang jumlahnya lebih banyak. Lalu
Nashruddin bertanya pada mereka, "Siapakah
kalian ini?" Mereka menjawab, "Kami adalah
tetangga dari tetangga pemilik kelinci itu."
Nashruddin lalu bangun dan mengambil air
putih sambil berkata, "Silakan kalian minum."
Mereka heran dan berkata pada Nashruddin,
"Kok hanya ini saja?" Nashruddin menjawab,
"Wahai tetangga dari tetangga permilik kelinci,
ini adalah kuah kelinci itu."
Mengapa Menyuruhku Turun?
Suatu hari, Nashruddin berada di
sebuah kamar di lantai atas. Kemudian,
seseorang mengetuk pintu rumahnya.
Nashruddin melongok dari jendela; ternyata dia
seorang pria. Nashruddin lalu bertanya padanya
CANDA ALA SUFI
dari atas, "Mau apa kau?" Dia menjawab, "Silakan
turun ke bawah, aku akan bicara denganmu."
Nashruddin turun dan orang itu berkata padanya,
"Aku adalah orang miskin yang membutuhkan
bantuanmu."
Mendengar perkataan orang itu, Nashruddin
pun marah, namun dia dapat menahannya. Lalu,
dia berkata kepada pengemis itu, "Tolong, ikuti
aku." Maka orang itu mengikuti Nashruddin
hingga ke lantai atas.
Setelah sampai di atas, Nashruddin berkata
padanya, "Maaf, aku tidak dapat memberimu
apa-apa." Pengemis itu berkata, "Kalau engkau
tidak mau memberikan apa-apa, mengapa tidak
kau katakan itu di bawah tadi?" Nashruddin
menjawab, "Begitu juga kamu, mengapa kamu
menyuruhku turun dan tidak kau katakan saja
dari bawah."
Berikan Jubahku, Kukembalikan Bajumu
Suatu hari, Nashruddin turun dari
keledainya untuk buang air kecil di
CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
88
CANDA ALA SUFI
89
tempat sunyi. Dia meletakkan jubahnya di atas
punggung keledai itu. Taklama, lewatlah seorang
pencuri dan diambillah jubah Nashruddin itu.
Setelah kembali, Nashruddin tidak menemukan
jubahnya. Nashruddin kemudian memukul
keledainya itu dan bertanya,"Di mana jubahku?"
Karena keledai itu tidak memberi tahu, dia
lepaskan pakaian keledai itu dan diletakkannya
di atas punggungnya sendiri. Dia berkata kepada
sang keledai, "Berikan jubahku, maka aku akan
mengembalikan bajumu."
Jalan di Atas Pohon
Saat Nashruddin berjalan-jalan bersama
sekelompok pemuda, mereka bersepakat
untuk mencuri sepatunya. Salah seorang di
antara mereka berkata kepada Nashruddin,
"Siapa yang dapat menaiki pohon ini?"
Nashruddin menjawab dengan cepat, "Saya..."
Mereka lalu berkata padanya, "Kamu tidak
mungkin dapat menaiki pohon itu, karena sangat
tinggi."
Nashruddin pun marah. Dia lalu menyingsingkan
lengan baju, melepaskan sepatu,
dan menyelipkannya di ikat pinggangnya.
Nashruddin berkata kepada mereka, "Lihatlah,
bagaimana aku menaiki pohon ini." Mereka
berkata kepada Nashruddin, "Untuk apa kau
selipkan sepatumu di ikat pinggangmu?"
Nashruddin menjawab, "Barangkali aku menemukan
jalan di atas pohon ini; dengan begitu
aku akan pulang ke rumah."
Lari Mendahului Burung
Suatu ketika, Nashruddin diajak oleh
Taimurlank naik kendaraannya dan pergi
ke arena lomba balap sapi. Kemudian,
Nashruddin masuk ke sebuah kandang lembu
dan menaiki seekor lembu tua. Dia lalu mengendarai
lembu tua itu memasuki arena balap
sapi. Melihat Nashruddin, semua orang tertawa
dan menyorakinya.
Nashruddin ditanya oleh Taimurlank,
CANDA ALA SUFI
"Mengapa kau masuk ke arena balap sapi dengan
mengendarai seekor lembu yang sudah tua?"
Nashruddin menjawab, "Aku sudah biasa
menggunakan lembu ini untuk balapan sejak
sepuluh tahun lalu dan lembu ini bermampu lari
melebihi kecepatan burung. Tetapi saya heran,
mengapa lembu ini sekarang menjadi sangat
lamban?"
90
CANDA ALA SUFI
Tak Disangka, Sapi Itu Naik ke Atas Bukit
Suatu ketika, Nashruddin ingin
menyembunyikan uangnya. Lalu, dia
menggali sebuah lubang di depan rumahnya dan
menaruh uang itu di dalamnya. Namun
kemudian dia merasa khawatir akan uangnya tersebut,
karena itu dia mengambilnya kembali.
Ketika Nashruddin sedang bingung
memikirkan tempat yang aman untuk menyimpan
uangnya yang banyak itu, tampaklah
olehnya sebuah bukit yang tinggi. Dia lalu pergi
ke kebun dan memotong sebatang kayu
panjang. Kemudian, di ujung kayu panjang itu
Nashruddin mengikatkan uangnya yang telah
ditaruh dalam sebuah kantong. Setelah itu, dia
membawanya ke puncak bukit dan menanamnya.
Hati Nashruddin kini tenang dan lega. Dia pun
turun...Sambil melihat ke kantung itu, dia
berkata, "Hanya manusia yang bisa berubah
91
Naik Keledai Menghadap ke Belakang
Suatu hari, Nashruddin menyampaikan
pelajaran kepada murid-muridnya dari
atas punggung sebuah keledai; menghadap ke
belakang. Murid-muridnya pun merasa heran.
Salah seseorang di antara mereka bertanya pada
Nashruddin, "Wahai guru kami, mengapa Anda
menaiki keledai itu dengan cara demikian?"
Nashruddin menjawab, "Apa boleh buat...
Jika aku menaikinya menghadap ke depan, maka
aku akan membelakangi kalian. Dan jika kalian
berjalan di depanku, maka aku di belakangmu,
dan itu tidak patut. Karenanya, sebaiknya aku
menaiki keledai ini dengan menghadap ke
belakang."
CANDA ALA SUFI
menjadi burung saja yang dapat mengambil uang
itu."
Tanpa disadarinya, dari kejauhan, seorang
pencuri mengintip. Setelah Nashruddin pulang,
pencuri itu menuju tempat tersebut dan
mengambil uang Nashruddin, serta melumuri
tempat itu dengan kotoran sapi.
Beberapa hari kemudian, ketika butuh uang,
Nashruddin pergi ke tempat itu. Namun, dia
tidak mendapatknnya; dia hanya melihat kotoran
sapi. Nashruddin lama merenung dan berkata,
"Subhanallah, yang kutakutkan manusia,
ternyata sapi.... Tak kusangka dia dapat naik ke
atas bukit."
92
CANDA ALA SUFI
Setibanya di rumah, Nashruddin memerintahkan
istrinya untuk menyediakan bubur.
Istrinya berkata, "Mana minyak samin dan
berasnya?" Nashruddin pun ingat kalau dia tidak
memiliki apapun.
Karena itu, dia mengambil sebuah bejana
kosong dan meletakkannya di depan muridmurid
yang diundangnya itu. Dan berkata kepada
mereka, "Niat saya, andai saya mempunyai
minyak samin dan beras, tentu saya akan
membuatkan bubur dagi'ng di tempat ini."
Mendengar ucapan Nashruddin itu, mereka
bangkit dan meninggalkan Nashruddin.
93
Andai Aku Punya
Saat Nashruddin berjalan, dia bertemu
dengan beberapa orang muridnya. Dia
lalu mengajak mereka untuk menikmati bubur
bersamanya. Mereka pun mengikuti Nashruddin
pulang ke rumahnya.
Andai Kau Lepas Bajumu, Tentu Tidak Akan
Basah
Suatu hari, Taimurlank pergi bersama
Nashruddin untuk berburu. Saat itu
Nashruddin menaiki seekor kuda yang tak bisa
berjalan cepat. Tiba-tiba, hujan pun turun.
94
CANDA ALA SUFI
95
Karena itu, Taimurlank beserta anak buahnya
segera pulang, sehingga tidak kehujanan.
Karena berjalan sendirian, Nashruddin
melepas pakaiannya dan mendudukinya. Setelah
hujan reda, dia mengenakan pakaian itu kembali.
Sesampainya di istana, Taimurlank melihat
pakaian Nashruddin tidak basah. Dengan penuh
heran, Taimurlank bertanya, "Mengapa
pakaianmu tidak basah?" Nashruddin menjawab,
"Wahai tuanku, karena kudaku hebat!"
Taimurlank mengira kuda Nashruddin sangat
cepat sehingga dapat menghindarkan
Nashruddin dari air hujan. Dia lalu memerintahkan
kepada anak buahnya agar kuda itu dijadikan
kendaraan pribadinya.
Beberapa hari kemudian, Taimurlank keluar
untuk jalan-jalan. Saat itu, dia menggunakan
kuda Nashruddin. Tiba-tiba, hujan pun turun
sehingga seluruh pakaiannya basah-kuyup.
Setelah sampai di rumah, dia memerintahkan
pengawalnya untuk memanggil Nashruddin.
Nashruddin pun datang menghadap dan
Taimurlank marah pada Nashruddin. Maka,
Nashruddin pun berkata kepadanya, "Seandainya
Anda melepas pakaian Anda saat hujan turun dan
mendudukinya seperti yang saya lakukan dulu,
tentu pakaian Tuan tidak akan basah."
Jika Melihat Buah Pala, Dia akan Segera Lahir
Suatu saat, istri Nashruddin hamil. Ketika
tiba saat melahirkan, dia mengalami
kesulitan. Wanita-wanita yang berada di rumah
Nashruddin pun bingung dan ribut. Mereka lalu
datang pada Nashruddin dan berkata, "Doakan
agar dia cepat melahirkan dengan mudah. Jika
tidak, dia atau anaknya akan mati."
Nashruddin menggeleng-gelengkan kepalanya
dan terus keluar menuju pasar. Dia lalu
membeli beberapa biji buah pala. Setelah pulang
dari pasar, Nashruddin langsung mendekat pada
istrinya dan meletakkan buah itu di bawah kursi
di mana istrinya duduk. Kemudian dia berkata,
"Semoga dengan melihat buah pala ini bayimu
akan segera keluar dan bermain-main dengannya.
CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
Ingat Almarhumah Ibumu
Suatu saat, Nashruddin duduk-duduk
bersama istrinya; menikmati semangkuk
sup. Karena sup itu sangat panas, istri
Nashruddin menyantapnya lebih dulu dengan
sendok. Namun, tiba-tiba istri Nashruddin meneteskan
air mata. Nashruddin bertanya padanya,
"Mengapa engkau menangis?" Istrinya menjawab,
"Aku teringat ibuku, dia sangat menyukai
sup ini."
Ketika Nashruddin hampir menelan apa
yang ada dalam sendoknya, dia ikut menangis
dan meneteskan air mata yang jauh lebih banyak
ketimbang air mata istrinya. Karenanya, sang istri
bertanya, "Mengapa pula engkau menangis?"
Nashruddin menjawab, "Almarhumah ibumu
meninggal, lalu dia menitipkanmu padaku."
96
Karena Rindu, Lupa Pakaianku
Suatu pagi buta, ketika sedang tidur,
Nashruddin mendengar suara pedati
yang sedang melaju. Dia bertanya-tanya dalam
hati, namun dia segera tahu bahwa pedati itu
sedang berjalan menuju kota Sayury Khishar.
Maka, Nashruddin pun segera bangun dan ikut
menumpang pedati itu tanpa sempat berpakaian
cukup.
Tak lama, pedati itu melaju masuk ke sebuah
desa. Ketika melihat Nashruddin tak cukup
berpakaian, penduduk desa itu menjadi heran,
sehingga mereka bertanya padanya, "Wahai tuan,
tontonan apakah ini?" Nashruddin menjawab,
"Rasa rinduku pada kalian membuatku lupa
mengenakan cukup pakaian."
97
Telah Kuperoleh Apa yang Kuinginkan
Suatu saat, Nashruddin memiliki seekor
lembu yang tanduknya sangat besar dan
keras. Saat lembu itu tidur, Nashruddin
CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
membayangkan; kalau saja dia ber-tengger di
antara tanduk-tanduk itu, pasti dia akan seperti
seorang raja yang sedang duduk di singgasananya.
Pelan-pelan, Nashruddin mendekati lembu
itu, lalu melompat naik dan duduk di atas
tanduknya. Tiba-tiba, lembu itu terbangun dan
berdiri serta membanting Nashruddin ke tanah
hingga terkapar dan pingsan.
Dengan cepat istrinya mendekati
Nashruddin sambil berteriak dan menangis. Tak
lama kemudian, Nashruddin siuman dan
berkata, "Wahai istriku, janganlah engkau
menangis.... Memang, aku merasa sakit, tapi
paling tidak aku telah memperoleh apa yang
kuinginkan."
98
melihat Nashruddin dan mereka bersepakat
untuk menipunya. Salah seorang mendekati
Nashruddin dan berjalan di belakangnya sambil
melepaskan tali pengikat keledai itu secara
perlahan, lalu mengikatkannya ke kepalanya
sendiri. Sementara, temannya mengambil keledai
itu dan membawanya lari.
Setelah sampai di rumah, Nashruddin
menoleh ke belakang untuk melihat keledainya.
Dia terkejut karena yang dilihatnya adalah
seorang pria dengan kepala-terikat. Melihat itu,
Nashruddin menjadi heran, lalu bertanya
padanya, "Siapakah engkau?" Orang itu berkata
sambil mengusap air matanya, "Wahai tuan, aku
adalah orang bodoh yang telah dimurkai oleh
ibuku. Beliau telah mendoakanku agar Allah
mengubahku menjadi seekor keledai, maka doa
beliau itu dikabulkan oleh Allah Swt. Kemudian
mereka menjualku di pasar kepadamu. Namun,
dengan barakah tanganmu, bentukku dapat
berubah kembali menjadi manusia seperti
semula."
Lalu dia mendekati Nashruddin dan
99
Mendurhakai Ibu
Suatu hari, Nashruddin membeli seekor
keledai di pasar, lalu membawanya
pulang. Di tengah jalan, dua orang penganggur
CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
menciuminya sambil minta doa dan berterima
kasih padanya. Mendengar itu, Nashruddin
percaya lalu membebaskanya. Tentunya, setelah
dia memberikan nasihat agar orang itu segera
menaati dan membuat ridha orang tuanya.
Hari berikutnya, Nashruddin pergi ke pasar
untuk membeli keledai yang lain. Tiba-tiba dia
melihat keledai yang dibelinya beberapa hari
yang lalu ada di situ. Dengan cepat dia mendekati
keledai itu dan membisikkan di telinganya,
"Wahai pria kurang ajar, aku tahu kalau kamu
tidak mendengarkan nasihatku sehingga ibumu
murka lagi padamu. Demi Allah, aku tidak akan
membelimu lagi."
CANDA ALA SUFI
Istri Nashruddin keluar dan berkata kepada
mereka dari belakang pintu, "Mau apa kalian?"
Mereka menjawab, "Kami hendak bertemu
dengan guru kami." Istri Nashruddin pun
berkata, "Dia tidak ada..."
Mendengar ucapan istri Nashruddin, mereka
bingung dan heran. Lalu mereka berkata, "Beliau
datang bersama kami dan baru saja masuk,
karena beliaulah yang mengundang kami
kemari."
Lalu terjadilah pertengkaran antara mereka
dengan istri Nashruddin. Tak lama, karena sudah
tidak sabar lagi mendengarkan pertengkaran
mereka, Nashruddin menampakkan dirinya dari
jendela dan berkata kepada mereka, "Hai,
mengapa kalian bertengkar dengan istriku yang
malang ini. Mungkin saja rumah ini memiliki dua
pintu, sehingga orang bisa keluar-masuk dari
pintu mana saja."
101
Rumah Ini Mungkin Memiliki Dua Pintu
Suatu hari, Nashruddin mengundang
beberapa orang muridnya untuk bertandang
ke rumahnya. Mereka pun datang.
Ketika Nashruddin melihat istrinya, dia berkata
padanya, "Di pintu ada beberapa orang tamu,
aku harap engkau menghormati mereka."
100
Seekor Burung Bulbul
Suatu hari, Nashruddin masuk ke sebuah
kebun, lalu naik ke sebuah pohon yang
lebat buahnya. Setelah di atas, dia memetik buah
itu dan memakannya. Tak lama kemudian,
pemilik kebun itu datang dan melihat
Nashruddin, lalu berteriak dan berkata, "Apa
yang sedang kau lakukan di situ?" Nashruddin
menjawab, "Aku adalah seekor burung bulbul."
Lalu si pemilik kebun kembali berkata,
"Berkicaulah, agar aku dapat mendengarkannya."
Maka Nashruddin pun berkicau dan menirukan
suara burung bulbul. Mendengar suara
Nashruddin itu, pemilik kebun tertawa dan bertanya,
"Begitukah burung bulbul berkicau?"
Nashruddin menjawab, "Burung bulbul tak
pernah berkicau lebih baik dari apa yang pernah
kuperdengarkan..."
102
bagian dari kepalanya terluka, dan tukang cukur
itu menutup luka tersebut dengan kapas. Tetapi,
Nashruddin kemudian merasa sakit dan langsung
berdiri. Tukang cukur itu berkata pada
Nashruddin, "Sabar, sebentar lagi selesai..."
Dengan kesal Nashruddin menjawab,
"Cukup... Engkau telah menanami sebagian
kepalaku dengan pohon kapas dan aku akan menanami
sebagian yang lain dengan pohon jerami."
Lebih Tua Nashruddin atau Anaknya?
Suatu hari, putra Nashruddin berkata
padanya, "Wahai ayah, aku masih ingat
saat engkau dilahirkan. Engkau dimaki oleh
ibumu, lalu dia mendiamkanmu."
Maka Nashruddin pun menoleh pada
istrinya dan berkata padanya, "Mengapa engkau
memakinya, mungkin dia menyamakan dirinya
Bagian Lain Kutanami Pohon Jerami denganku di masa kecil..."
Suatu kali, Nashruddin mencukur rambut
pada orang bodoh sehingga beberapa
CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
103
CANDA ALA SUFI
Alhamdulillah, Aku Mengeluarkannya dari
Sumur
Suatu malam, Nashruddin melihat
bayangan bulan pada sebuah sumur dan
berkata, "Betapa malangnya bulan itu, mengapa
dia jatuh ke dalam sumur?"
Lalu, dia berusaha mengeluarkannya dengan
menggerak-gerakkan ember yang ada di
dalamnya, agar dia naik. Namun, setelah
melakukanya, bulan itu tidak juga mau naik ke
dalam ember. Nashruddin kemudian mengambil
seutas tali dan mengikatnya dengan kuat pada
sebuah batu besar, karena dia tahu bulan itu
sangat berat, dan akan sulit untuk mengangkatnya.
Ketika mengikat batu itu dengan sekuat
tenaganya, Nashruddin terjungkir dan jatuh
terpelanting. Sambil terkapar, matanya memandangi
langit. Tiba-tiba saja, dia melihat sang
rembulan sudah berada di sana. Dengan
kesakitan Nashruddin berkata, "Alhamdulillah,
tulang punggungku patah, namun aku berhasil
menyelamatkan bulan yang malang itu."
104
CANDA ALA SUFI
Aku Bersembunyi, Malu Padamu
Suatu malam, Nashruddin merasa bahwa
seorang pencuri telah masuk ke
rumahnya. Lalu, dia bersembunyi di dalam
sebuah lemari. Setelah lama pencuri itu mencari
sesuatu dan tidak mendapatkan apapun, dia
berdiri sejenak dan terlihatlah olehnya sebuah
lemari yang tertutup. Pencuri itu berkata dalam
hati, "Semoga aku beroleh sesuatu di dalamnya."
Dia lalu membukanya.
Tiba-tiba, terlihatlah Nashruddin di dalamnya.
Setelah melihat Nashruddin, tubuh pencuri
itu bergetar ketakutan. Namun, dia memberanikan
diri dan berkata, "Apa yang sedang kau
lakukan di sini, wahai orang tua?" Nashruddin
menjawab, "Wahai tuan, jangan kau lakukan
apapun padaku. Sebab, aku tahu bahwa engkau
tidak mendapatkan sesuatu pun untuk dicuri.
Aku bersembunyi karena malu padamu..."
105
CANDA ALA SUFI
Mungkin Dia Keluar
Suatu saat, cincin Nashruddin hilang di
rumahnya. Dia telah mencarinya namun
tidak mendapatkannya. Lalu, Nashruddin keluar
dan mencarinya di depan pintu. Melihat
Nashruddin sedang mencari sesuatu, salah
seorang tetangga bertanya padanya, "Apa yang
sedang kau lakukan?" Nashruddin menjawab,
"Cincinku hilang di dalam rumah..." Dia pun
bertanya kembali, "Mengapa engkau tidak
mencarinya di dalam rumah saja?" Nashruddin
menjawab,"Di dalam sangat gelap, mungkin saja
dia keluar..."
106
CANDA ALA SUFI
Nashruddin berusaha menenangkannya dan
mengajaknya ke pasar. Setelah sampai dan
melihat barang itu, Nashruddin bertanya pada
orang itu, "Milik siapa gitar ini?" Dia menjawab,
"Gitar ini milikku, aku telah membelinya dari
negeri sana."
Lalu Nashruddin bertanya padanya, "Apakah
kamu punya saksi?" Dia menjawab "Ya." Seketika
itu juga dia mendatangkan dua orang saksi.
Kemudian Nashruddin menanyai mereka
tentang gitar itu. Mereka menjawab, "Kami
menyaksikan bahwa gitar itu miliknya. Sebagai
tandanya, bagian atasnya pecah, senarnya lembut,
dan di bawahnya terdapat pita."
Setelah mendengar kesaksian itu,
Nashruddin tentu akan memberikan keputusan.
Namun, pendakwa membantahnya dan berkata,
"Aku ingin membersihkan saksi-saksi itu; karena
menurutku kesaksian mereka cacat. Sebab, salah
seorang di antara kedua orang itu adalah pecandu
alkohol dan yang satu lagi suka berzina."
Nashruddin merenung sejenak dan
mengangkat kepalanya ke atas dan berkata
107
Saksi Lebih Baik
Nashruddin menjadi seorang hakim di
sebuah negeri. Suatu hari, datang
padanya seseorang sambil berteriak dengan keras
dan berkata, "Wahai tuan, gitarku telah dicuri
oleh seseorang dan aku menemukannya di pasar.
Gitar itu berada di tangan seseorang, tolong
kembalikan padaku."
CANDA ALA SUFI
kepada pendakwa, "Apakah untuk menyelesaikan
masalah seperti ini harus dilakukan pembersihan
terhadap kedua orang saksi itu? Lalu, saksi yang
bagaimana yang kau harapkan dapat menyelesaikan
masalah sebuah gitar?"
108
CANDA ALA SUFI
Hakim itu berkata pada Nashruddin, "Kalau
engkau tidak rela dengan keputusan ini, maka
aku akan menjatuhkan denda padanya agar dia
memberikan uang untukmu sebanyak sepuluh
girisy? Lalu, dia berkata kepada pria itu, "Pergi
dan ambillah uang sebanyak sepuluh girisy dan
berikan pada Nashruddin."
Rupanya, sang hakim memberikan
kesempatan kepada pria itu untuk kabur dengan
alasan mengambil uang. Nashruddin pun
menunggunya berjam-jam. Setelah lama
menunggu dan orang itu tak kunjung datang, dia
pun sadar kalau hakim itu telah menipunya.
Nashruddin lalu beranjak dari tempat
duduknya dan mendekati sang hakim yang
sedang sibuk itu. Sembari memukulnya dengan
keras, dia berkata padanya, "Maaf, aku sibuk
sekali dan aku tak punya waktu lagi untuk
menunggu. Tolong, ambilkan uang darinya,
kapan saja dia datang."
109
Ambilkan Denda darinya, Aku Tergesa-gesa
Suatu hari, Nashruddin berjalan-jalan di
pasar. Tiba-tiba, datanglah seorang pria yang
memukulnya dengan keras dari belakang.
Nashruddin menoleh dan berkata padanya, "Ada
apa?" Pria itu minta maaf padanya dan berkata,
" Wahai tuan, saya kira Anda salah seorang teman
saya."
Nashruddin marah, lalu dia membawanya ke
pengadilan agar masalahnya dapat diselesaikan.
Secara kebetulan, hakim itu adalah salah seorang
teman pria tersebut, sehingga dia memberinya
keputusan-cukup agar Nashruddin membalasnya
dengan pukulan yang sama. Namun,
Nashruddin tidak rela dengan keputusan
tersebut.
CANDA ALA SUFI
Na'udzubillah
Suatu ketika, Taimurlank bertanya pada
Nashruddin, "Wahai Nashruddin,
engkau tahu bahwa seluruh pemimpin dinasti
Abbasiyyah memiliki gelar berbeda-beda, seperti
al-Muwaffiq billah., al-Mutawakkil 'alallah, al-
Mu'tashim billah dan Iain-lain. Seandainya aku
menjadi salah seorang di antara mereka, gelar
apakah yang cocok untukku?" Nashruddin
menjawab dengan tangkas, "Paduka mulia dan
agung, gelar yang cocok untuk Anda adalah
Na'udzubillah?
110
CANDA ALA SUFI
Nashruddin menjawab, "Tadi kau berkata bahwa
istriku telah kehilangan akalnya. Karenanya, aku
yakin dia sudah tidak lagi memiliki akal sama
sekali. Oleh karena itu, biarkan aku berpikir, dia
akan kehilangan apa lagi?"
111
Kehilangan Apa Lagi?
Suatu hari, salah seorang teman
Nashruddin berkata padanya, "Sesungguhnya
istrimu teiah kehilangan akal."
Nashruddin memandanginya dan meletakkan
tangannya ke atas dahinya sendiri, lalu
berpikir agak lama. Sang teman bertanya
padanya, "Apa yang sedang kau pikirkan."
Belum Pernah Bicara Dengannya
Suatu hari, Nashruddin pergi ke
pengadilan untuk menceraikan istrinya.
Hakim bertanya padanya, "Siapa nama istrimu
dan ayahnya?" Nashruddin menjawab, "Aku
tidak tahu." Sang hakim bertanya kembali, "Sejak
kapan kamu menikahinya?" Nashruddin
menjawab, "Sejak beberapa tahun lalu, tapi aku
belum pernah ngobrol dengannya. Aku tak punya
cukup waktu untuk menanyakan namanya dan
nama ayahnya."
Paku Sama dengan Abu
Istri Nashruddin berpesan padanya agar
membawa serbuk arang untuk pewarna
CANDA ALA SUFI
benang. Dia lalu memberikan sebuah kantong
kepada suaminya.
Karena tak dapat memperolehnya,
Nashruddin pergi ke tempat pembakaran, lalu
mengambil beberapa potong paku dan memasukkannya
ke dalam kantung, kemudian
pulang. Sesampainya di rumah, Nashruddin
memberikan kantong itu pada istrinya.
Saat melihat kantong berisikan beberapa
buah paku itu, sang istri heran dan berkata pada
Nashruddin,"Apa ini?" Nashruddin menjawab,
"Wahai istriku, engkau tidak tahu bahwa
menurut para ilmuwan, hukum sesuatu yang menyeluruh
dan terbanyak adalah sama. Sehingga,
paku dan abu adalah sama."
112
CANDA ALA SUFI
mengembik. Karena itu, salah seorang pencuri
berkata pada temannya, "Jika kita tak
mendapatkan apa-apa malam ini, kita akan
masuk ke dalam rumah ini, membunuh
Nashruddin, menyembelih kambingnya, makan
dagingnya, dan kemudian membawa lari
istrinya."
Tak lama kemudian, Nashruddin batukbatuk,
sehingga menimbulkan keributan. Ya,
mendengar suara itu, pencuri-pencuri itu
berlarian ketakutan. Istrinya berkata padanya,
"Kelihatannya engkau takut, sehingga engkau
batuk-batuk dan membuat kegaduhan..." Maka,
Nashruddin pun menjawab dengan cepat, "Tentu,
tapi tak ada sesuatu yang perlu kau resahkan.
Tanyakan saja padaku atau pada kambingku."
113
Bertanyalah padaku, Kemudian pada
Kambingku
Suatu malam, Nashruddin beserta istrinya
mendengar suara kaki beberapa orang
pencuri. Tiba-tiba, kambing Nashruddin
Kita Bangun Kamar Kecil di Sana
Suatu ketika, Nashruddin hendak
membangun sebuah rumah. Seseorang
berkata padanya, "Sebaiknya kita bangun di sini
sebuah kamar, lalu di sebelah sana ruangan besar
CANDA ALA SUFI
dan di sebelah sana lagi tempat menyimpan
makanan."
Nashruddin melihat-lihat bakal rumahnya
itu sambil naik-turun, ke atas dan ke bawah. Tibatiba,
dia buang angin. Sembari menunjuk sebuah
tempat, dia berkata, "Dan di sini kita akan
bangun kamar kecil."
114
CANDA ALA SUFI
seseorang. Setelah pemilik mantel itu raengadukannya
kepada hakim, dia memanggil
Nashruddin untuk dijadikan saksi.
Hakim bertanya pada Nashruddin, "Apakah
kau tahu bahwa mantel itu milik orang ini?"
Nashruddin menjawab, "Ya, aku mengenalnya
sejak dia masih bayi, mantel itu tetap di tangannya
hingga dia dewasa."
115
Bersama Orang Berusia Dua Puluh Tahun
Beberapa orang bertanya pada
Nashruddin, "Apakah dalam usia
seratus tahun, seseorang masih dapat punya
anak?" Nashruddin menjawab, "Ya, jika dia selalu
bersama dengan orang yang berusia dua puluh
tahun."
Mengenalnya Sejak Bayi
Suatu ketika, mantel tetangga Nashruddin
dicuri orang. Beberapa hari kemudian,
mantel itu ditemukan berada di tangan
Jangan Sombong, Ini Air Sebenarnya
Suatu ketika, Nashruddin berada di sebuah
perahu. Lantaran merasa haus, dia
mencelupkan tangannya ke laut untuk mengambil
seteguk air dan meminumnya. Karena
terasa sangat asin, lambungnya menjadi sakit dan
kepalanya pusing.
Nashruddin kemudian maju sedikit ke depan
dan mendapatkan air tawar. Dia meminumnya
hingga kenyang. Setelah itu, Nashruddin
mengambil sebuah bejana dan memenuhinya
dengan air tawar serta menuangkannya sedikit
CANDA ALA SUFI
ke laut sambil berkata," Janganlah sombong dan
jangan berlaku sombong pada manusia. Sebab,
inilah air yang sebenarnya." Sambil menunjuk
pada air tawar yang berada di tangannya.
116
Lalu, beberapa orang pegawai mendekat
pada Nashruddin dan berkata, "Jika urusanmu
ingin selesai tepat pada hari ke-41, maka
lakukanlah shalat subuh di mihrab masjid jami
yang besar itu selama 40 hari, kemudian
berdoalah. Maka doamu itu pasti akan dikabulkan
Allah Swt."
Mendengar ucapan pegawai itu, Nashruddin
langsung melakukannya. Namun, apa yang
terjadi? Setelah melakukan itu, urusannya itu
tidak juga selesai.
Esok paginya, Nashruddin pergi ke sebuah
masjid kecil. Dia shalat dan berdoa dengan hati
tulus dan khusuk. Setelah itu, dia pergi ke tempat
di mana dia harus menyelesaikan urusannya. Dia
pun mendapatkan seluruh urusannya itu selesai
dengan baik dan sempurna. Seketika,
Nashruddin menuju masjid jami yang besar itu
dan masuk ke dalam. Sambil mengangkat
suaranya, dia berkata, "Hal semacam itu tidaklah
patut bagimu, mengapa engkau tidak seperti
anakmu?"
Jangan Masuk ke Peti Jenazah
Suatu saat, Nashruddin ditanya oleh
seorang temannya, "Jika seseorang
berjalan bersama jenazah, sebaiknya dia berjalan
di belakangnya atau di depannya?" Nashruddin
menjawab, "Berjalanlah semaumu, yang penting
engkau tidak berada di dalam peti jenazah."
Mengapa Tidak Seperti Anakmu?
Suatu ketika, Nashruddin pergi ke sebuah
kota bersama seorang teman guna
menyelesaikan sebuah urusan. Dia pun telah
bersungguh-sungguh untuk menyelesaikannya,
namun urusan itu tetap tertunda-tunda dan tak
kunjung selesai.
CANDA ALA SUFI
117
CANDA ALA SUFI
Lihat, Bagaimana Dia Lari Sebelum Kuberi Ter
Suatu ketika, Nashruddin pergi ke sebuah
tempat pembuatan kapal. Di sana, dia
melihat orang-orang sedang menyalakan api
untuk mengecat dan memperindah sebuah kapal.
Nashruddin pun bertanya pada mereka, "Apa
yang sedang kalian lakukan?" Mereka menjawab,
"Kami sedang membuat sebuah kapal; kami
mengecatnya dengan ter agar dia dapat berjalan
dengan cepat."
Tak lama kemudian, Nashruddin pulang.
Sesampainya di rumah, dia mengikat keledainya
dengan sebuah rantai dan menyalakan api untuk
mengecat kuku-kukunya dengan ter, agar dia
dapat berjalan cepat seperti yang mereka lakukan
pada kapal itu.
Begitu sang keledai melihat apa yang sedang
dilakukan Nashruddin, dia memberontak hingga
rantai pengikatnya putus. Dia lalu lari dengan
cepat karena ketakutan. Melihat keledainya lari
dengan cepat, Nashruddin pun befteriak, "Wahai
manusia, lihatlah, bagaimana dia melompat dan
118
CANDA ALA SUFI
119
Dia Adalah Aku, Lalu Siapa Aku?
Nashruddin hendak melakukan sebuah
perjalanan. Dia lalu meletakkan sebuah
labu di lehernya sembari berkata, "Aku
menggant'ungkan labu ini di leherku agar aku
tidak hilang." Kemudian, dia melakukan perjalanan
hingga suatu saat dia singgah di sebuah
rumah.
Saat Nashruddin tertidur, seseorang
mengambil labu itu dari tubuh Nashruddin, lalu
menggantungkannya ke lehernya. Setelah
bangun, Nashruddin melihat orang itu dan
berkata dengan bingung, "Dia adalah aku, lalu
siapa aku?"
lari sebelum aku memberinya ter pada kukukukunya."

CANDA ALA SUFI
Obat Sakit Mata seperti Obat Sakit Gigi
Suatu ketika, Nashruddin ditanya
seseorang tentang obat sakit mata. Dia
pun menjawab, "Obatnya seperti obat sakit gigi,
yaitu dengan mencabutnya..."
120
CANDA ALA SUFI
Naudzubillah, Andai Aku Memakainya
Suatu ketika, baju Nashruddin dijemur di
atas tali. Tiba-tiba, angin menjatuhkannya.
Nashruddin lalu berkata pada dirinya, "Wah,
kalau begini kita harus bersyukur." Sang istri
bertanya padanya, "Mengapa?" Nashruddin
menjawab, "Bayangkan, andai aku memakainya..."
121
Sembilan Bulan Ditempuh Hanya Lima Hari
Pada hari kelima pernikahan Nashruddin,
istrinya melahirkan seorang bayi. Hari
berikutnya, Nashruddin membeli beberapa alat
tulis dan perlengkapan sekolah lainya, serta
meletakkannya di atas kepala bayi itu.
Orang-orang berkata padanya, "Apa ini?"
Nashruddin menjawab, "Karena dia mampu
menempuh waktu sembilan bulan hanya dengan
lima hari, tentu saja beberapa hari lagi dia akan
masuk sekolah. Karena itu, aku memberinya alatalat
tulis dan perlengkapan sekolah."
Andai Berjalan Satu Arah, Mereka Akan Jatuh
Orang-orang bertanya pada Nashruddin,
"Setiap pagi, mengapa orang-orang ada
yang berjalan lewat sini dan ada pula yang
berjalan lewat sana?" Nashruddin menjawab,
"Seandainya mereka berjalan satu arah, maka
bumi ini akan hilang keseimbangannya dan
mereka pun akan jatuh."
CANDA ALA SUFI
Roti Menjadi Es
Suatu hari, Nashruddin berkata, "Aku
telah menemukan sesuatu yang baru,
tetapi aku tidak menyukainya." Seseorang
bertanya padanya, "Apa itu?" Nashruddin
menjawab, "Makan roti yang sudah jadi es."
122
tengah ladang, kemudian mereka duduk-duduk
di bawah sebuah pohon.
Karena saat itu musim semi, udara sangat
dingin, sehingga Nashruddin kedinginan dan
lapar. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya, dan
dengan susah-payah dia melepaskan tubuhnya'
dari himpitan tanah. Kemudian, dia mendatangi
mereka. Dan mereka bertanya padanya,
"Mengapa kau kemari?"
Nashruddin menjawab, "Demi Allah, wahai
saudara-saudaraku, jika kalian ingin aku
berbicara jujur, akan kukatakan kepada kalian
bahwa aku tak menyukai tempat itu, sehingga aku
tak dapat memberimu sebiji buah pun. Oleh
sebab itu, aku pun keluar dan mendatangi
kalian."
123
Tanamlah Aku, Kuberikan pada Kalian
Bebuahan
Suatu hari, Nashruddin melihat beberapa
orang petani sedang menanam anggur.
Dia bertanya pada mereka, "Apa yang sedang
kalian lakukan?" Mereka menjawab, "Kami
sedang menanam pohon anggur, tangkai demi
tangkai."
Mendengar jawaban itu, Nashruddin
merenung sejenak dan berkata, "Tanamlah aku,
akan kuberi kalian buah yang bermacammacam."
Lalu para petani itu berkata, "Ya,
silakan." Mereka pun menanam Nashruddin di
Perintah Itu Mudah, Tetapi Pelaksanaannya
Sulit
Suatu ketika, Nashruddin melakukan
kesalahan pada Taimurlank. Karena itu,
sang raja memerintahkan kepada salah seorang
CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
tentara untuk memukulnya sebanyak 80 kali
pukulan tongkat.
Mendengar keputusan itu, Nashruddin
tersenyum, sehingga Taimurlank marah padanya
dan berkata, "Pukullah dia sebanyak 500 kali."
Mendengar ucapan Taimurlank itu, Nashruddin
tidak merasa takut. Dia justru tertawa terbahakbahak,
sehingga Taimurlank menjadi sangat
marah dan memerahlah kedua matanya. Dia lalu
berkata, "Pukullah dia sebanyak 800 kali."
Begitu melihat amarah Taimurlank, tubuh
Nashruddin menjadi lemas karena takut padanya.
Dia memegangi perutnya karena sakit, akibat
terlalu lama tertawa terbahak-bahak. Taimurlank
bangun dari tempat duduknya, lalu berdiri di
hadapan Nashruddin dan berkata, "Wahai
pembangkang, kau telah meremehkan ketentuan
hukum yang kutetapkan dan serbanmu bagai
gilingan tepung. Bukankah engkau tahu bahwa
engkau berada di hadapan salah seorang
penguasa, di mana bumi saja takut menghadapinya?
Nashruddin menjawab, "Segala yang kau
124
CANDA ALA SUFI
katakan benar dan aku mengetahui pokok
permasalahannya. Kuakui bahwa engkau adalah
si penumpah darah yang tiada tandingannya.
Hanya saja, aku bingung dalam satu hal, apakah
engkau tidak tahu ilmu hitung ataukah engkau
bukan makhluk yang sejenis dengan kami? Mana
pukulan sebanyak 800 dengan tongkat itu? Segala
sesuatu mudah dituturkan dengan lisan, namun
untuk melaksanakan 800 kali pukulan dengan
tongkat itu sulit...."
125
Dia Sendiri Memberitahuku
Ketika Nashruddin berada di luar kota,
tersiar berita bahwa dia telah meninggal.
Dia lalu segera membaringkan tubuhnya di atas
tanah, menunggu orang mengangkat jenazahnya.
Lama menunggu, namun tak seorang pun
yang datang untuk mengangkat jasadnya. Karena
perutnya lapar, dia pulang ke rumahnya dan
memberitahu istrinya tentang berita kematiannya;
di mana dan kapan dia meninggal.
CANDA ALA SUFI
Kemudian, dia pergi ke tempat semula di mana
dia diduga telah meninggal.
Istri Nashruddin mulai menyebarkan berita
kematian suaminya itu kepada semua orang. Dia
lalu menangis tersedu-sedu, hingga para tetangga
berdatangan ke rumahnya dan menanyakan
tentang keberadaan suaminya. Istri Nashruddin
memberi tahu kepada mereka bahwa suaminya
telah meninggal di suatu tempat dan tubuhnya
tergeletak di sana. Mereka pun bersedih dan
mengucapkan bela sungkawa padanya. Mereka
kemudian bertanya, "Kapan dan di mana dia
meninggal, serta siapa yang menyampaikan
berita kematiannya?" Istri Nashruddin menjawab,
"Dia sendiri yang datang kepadaku
beberapa saat lalu dan dia kemudian kembali ke
tempat itu...."
126
CANDA ALA SUFI
Suatu ketika, dia bertanya pada Nashruddin,
"Wahai Nashruddin, menurutku seluruh yang
ada di alam ini hanyalah bualan dan igauan
belaka. Pabila engkau memiliki banyak
pengetahuan, ayolah kita saling tukar-menukar
pengalaman."
Nashruddin bertanya, "Keistimewaan apa
yang telah kauperoleh dari jalan yang telah
kautempuh? Mungkin suatu saat aku dapat
menirumu..."
Dia menjawab, "Kami memiliki banyak
pengetahuan yang tak berbatas. Setiap malam,
aku naik ke atas dan berada di alam raya sana,
sehingga aku sampai di langit pertama, lalu aku
melihat dan menikmati alam malakut."
Mendengar perkataan orang itu, yang begitu
tinggi dan tidak dapat diterima akal Nashruddin,
dia bertanya padanya, "Apakah di sana engkau
tidak merasakan adanya susuatu yang lembut
bagai kipas, yang menyentuh tubuhmu?" Dia
menjawab, "Tidak" Nashruddin lalu berkata, "Itu
adalah salah satu sayap di antara sayapku yang
lebar."
127
Sayapku yang Lebar
Hamzah adalah seorang pria tua yang
mengaku telah menjadi hamba yang
'arif dengan sempurna dan menjadi pertapa.
CANDA ALA SUFI
Aku Bukan Manusia
Suatu saat, Nashruddin melepas bajunya
dan duduk berbaring di atas kuburan.
Tiba-tiba, angin tertiup dengan kencang sehingga
pakaiannya terbawa angin; entah ke mana.
Nashruddin mengejarnya dengan berlari.
Tak lama, datanglah beberapa orang
penunggang kuda. Begitu melihat Nashruddin
sendirian di kuburan tanpa pakaian yang cukup
dan melompat-lompat dari satu batu ke batu
yang lain, mereka pun ketakutan. Mereka lalu
berkata padanya, "Hai, apa yang sedang kau
lakukan di sini?"
Nashruddin menjawab, "Aku penghuni
kuburan ini dan telah meninggalkan dunia ini
beberapa puluh tahun lalu. Aku keluar dari
kuburan ini karena wuduku batal. Setelah
berwudu, aku akan kembali lagi ke sana, tapi aku
bukan manusia."
128
Pemberian Allah atau Manusia?
Nashruddin sangat menyayangi anak
kecil; dia selalu berkumpul, bercanda,
dan bermain bersama mereka. Pabila menemui
kesulitan, mereka datang padanya dan mengutarakan
masalahnya.
Suatu ketika, mereka berselisih dalam
menerima manisan buah pala yang dibagikan
Nashruddin. Kareia itu, mereka datang padanya
dan berkata, "Bagikanlah manisan pala itu
kepada kami." Nashruddin menjawab, "Kalian
meminta bagian dari pemberian Allah atau
bagian dari pemberian hamba?"
Dengan polos, mereka menjawab pertanyaan
Nashruddin itu, "Ya, kami menginginkan bagian
dari pemberian Allah." Maka, Nashruddin pun
membagikan manisan pala itu kepada mereka.
Ada yang diberi dua telapak tangan penuh, ada
yang satu telapak tangan, ada yang diberi
beberapa biji, dan ada pula yang hanya diberi satu
biji manisan pala, bahkan ada juga yang tidak
diberi sama sekali. Mereka tidak mengetahui
hikmah di balik pembagian Nashruddin ini.
129
CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
Mereka lalu berkata, "Tidak adil... Pembagian
macam apa ini?"
Nashruddin pun menjawab, "Wahai anakanakku,
kita tak perlu pergi jauh untuk
menyelesaikan masalah ini; kita hanya perlu
melihat contoh saja sekaitan dengan masalah
yang terjadi di antara kita. Ayah Badi' Affandy
sangat kaya dan merupakan orang yang
terpandang di negeri ini. Dia hidup sejahtera;
semua keluarga dan anaknya hidup berkecukupan
dan bahagia. Adapun Sananuddin,
dia orang kecil dan sangat miskin; keluarganya
hidup dalam kesusahan, bapak dan ibunya sakit,
sehingga dia tidak dapat bekerja. Adapun
keluarga Husammudin tidak demikian. Masingmasing
kalian memiliki keadaan yang berbeda.
Adapun keadaan kakekmu ini berbeda dengan
mereka semua. Inilah, wahai anak-anakku,
pembagian Allah Swt."
130
CANDA ALA SUFI
Inilah Urusanku
Salah seorang tetangga dekat Nashruddin
bertanya padanya, "Aku bingung ketika
mendengar keributan dan teriakan di rumahmu.
Apa gerangan yang terjadi?" Nashruddin
menjawab, "Aku berkelahi dengan istriku; dia
menarik bajuku dan kemudian terjatuh dari
tangga serta berteriak sehingga menimbulkan
kegaduhan."
Orang itu kembali bertanya, "Jika istrimu
jatuh dari tangga, mengapa ada juga suara
gemerincing?" Nashruddin menjawab, "Diam,
wahai saudaraku, mengapa engkau selalu ingin
tahu urusan orang lain? Ini adalah urusanku..."
131
Ucapkan Insya Allah
Suatu malam, Nashruddin berkata pada
istrinya, "Jika cuaca esok hari cerah dan
bersahabat, saya akan pergi mencari kayu."
Istrinya lalu berkata padanya, "Katakan, Insya
Allah." Nashruddin menimpali, "Tentu, segala
CANDA ALA SUFI
sesuatu bisa terjadi." Kemudian, mereka pun
tidur.
Esok harinya, Nashruddin berangkat. Di
tengah jalan, dia bertemu dengan sekelompok
penunggang kuda. Mereka memanggil
Nashruddin dan bertanya padanya, "Manakah
jalan yang menuju desa Falaniyah?" Nashruddin
menjawab,"Aku tidak tahu." Serta-merta, mereka
pun marah; memukuli dan memaksa
Nashruddin mengantarkan mereka ke desa itu.
Mereka berkata,"Berjalanlah di depan kami dan
antarkan kami ke desa itu."
Tak lama, turunlah hujan dengan lebat
sehingga seluruh pakaiah dan tubuh Nashruddin
basah-kuyup. Nashruddin mengantarkan mereka
hingga tengah malam. Dalam keadaan sakit dan
terluka, dia pun pulang ke rumah. Setibanya di
rumah, Nashruddin mengetuk pintu. Istrinyabertanya,"
Siapakah itu?" Nashruddin menjawab,
"Aku, wahai istriku.... Bukalah pintu insya
Allah."[]
132
Mencari Tidur
Di tengah malam, Nashruddin keluar
dari rumahnya untuk mencari angin.
Dia lalu bertemu dengan salah seorang penjaga
malam. Sang penjaga bertanya padanya, "Apa
yang kau cari di tengah malam seperti ini?"
Nashruddin menjawab, " Tidurku telah
menghilang dariku.... aku sedang mencarinya."
133
5
Memberi Karena Janji
Salah seorang teman Nashruddin menagih
hutang padanya; karena sudah berjanji.
Nashruddin menjawab, "Aku memberikan uang
eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
135
CANDA ALA SUFI
ini padamu bukan karena hutang, tetapi karena
janji..."
Memotong Harga Handuk
Suatu hari, Nashruddin beserta
Taimurlank pergi ke kolam renang.
Taimurlank bertanya pada Nashruddin,
"Seandainya aku seorang hamba, berapa kira-kira
hargaku?" Nashruddin menjawab, "Lima puluh
dirham."
Mendengar jawaban Nashruddin,
Taimurlank marah dan berteriak, "Kurang ajar,
lalu berapa harga handuk yang berada di leherku
ini?" Dengan tenang, Nashruddin menjawab,
"Aku juga telah memotong harga handukmu
itu."
Memberikan Uang, Memperoleh Seruling
Saat Nashruddin hendak ke pasar, anakanak
kecil di kampungnya minta dibeli-
134
CANDA ALA SUFI
kan seruling. Lalu, dia menggeleng-gelengkan
kepalanya dan berjanji pada mereka untuk
membelikannya. Salah seorang di antara mereka
mendekat pada Nashruddin dan berkata,
"Belikan aku sebuah seruling dan ini uangnya."
Kemudian, Nashruddin pun berangkat.
Mereka semua menanti Nashruddin di jalan
hingga sore hari. Setelah datang, dengan cepat
mereka mengerumuni Nashruddin dan berkata
padanya, "Mana seruling pesananku?"
Nashruddin menoleh kepada anak yang memberikan
uang padanya dan menyerahkan sebuah
seruling, sambil berkata-, "Yang memberikan
uang, yang memperoleh seruling."
Lihat, Apa yang akan Kulakukan
Suatu ketika, Nashruddin menjadi seorang
tamu di sebuah desa. Namun, dia
kehilangan tali celananya. Karena itu, dia berkata
kepada penduduk desa itu, "Jika kalian tak
mendapatkan tali celanaku, lihat apa yang akan
kulakukan."
CANDA ALA SUFI
Setelah tahu bahwa Nashruddin adalah salah
seorang tokoh masyarakat, mereka kebingungan
dan berusaha mencari tali itu agar dapat mengembalikannya
pada Nashruddin. Salah seorang
di antara mereka mendekat pada Nashruddin
dan berkata, "Andai kami tak menemukan tali
celana itu, apa yang akan Anda perbuat?" Dengan
tenang, Nashruddin menjawab, "Aku punya
sebuah karpet tua dan aku akan menjadikannya
tali celanaku..."
136 137
Agar Semua Orang Tahu Deritaku
Nashruddin membawa keledainya ke
pasar untuk dijual. Lalu datanglah
seseorang dan meletakkan tangannya ke dalam
mulut keledai itu untuk mengetahui berapa
umurnya. Namun, keledai itu menggigitnya,
sehingga dia merasa kesakitan dan mengumpat
sambil meninggalkannya.
Tak lama, datanglah seorang pembeli lain.
Ketika hendak memegang ekornya, tiba-tiba
CANDA ALA SUFI
keledai itu menghentakkan kakinya hingga
mengenai orang itu dan terjatuh. Dia pun mengumpat
keledai itu dan pergi.
Seseorang berkata pada Nashruddin, "Kalau
keledai ini dijual pada orang lain, dia akan
menggigit dan menghentakkan kakinya."
Mendengar ucapan orang itu, Nashruddin
berkata, "Aku datang ke mari bukan untuk
menjual keledai, tetapi untuk menunjukkan
kepada semua orang musibah yang menimpaku
lantaran keledai ini."
Resep Masakan
Suatu hari, Nashruddin pergi ke pasar
untuk membeli sepotong daging. Di
tengah jalan, dia bertemu dengan salah seorang
temannya yang bertanya, "Bagaimana engkau
akan memasak sepotong daging itu?"
Nashruddin menjawab, "Seperti biasa," sambil
menyebutkan sejenis makanan yang biasa
Nashruddin makan. Orang itu berkata kembali,
"Tentu engkau harus memasaknya menjadi
CANDA ALA SUFI
masakan lezat, yaitu dengan resep yang kan
kuajarkan padamu."
Setelah orang itu menyebutkan resep dan
cara memasaknya, Nashruddin berkata padanya,
"Aku tidak dapat menghafalnya satu persatu.
Tolong engkau catat semua resep itu dalam kertas
ini dan aku akan mencobanya." Orang itu lalu
menuliskan resepnya dan Nashruddin pulang
sambil mengkhayalkan lezatnya makanan yang
akan dimasaknya.
Tak lama, karena lelap dalam lamunannya,
tiba-tiba datanglah seekor burung elang dan
menyambar daging Nashruddin itu serta
membawanya terbang ke angkasa. Nashruddin
bingung. Dia lalu mengambil resep itu sambil
memandangi burung elang yang sedang terbang
cepat ke angkasa, seraya berkata, "Hai elang,
daging itu tak bermanfaat bagimu... Engkau
takkan dapat menyantapnya begitu saja, karena
resep masakannya ada padaku."
138
CANDA ALA SUFI
Kapan Kiamat Tiba?
Orang-orang bertanya pada Nashruddin,
"Kapan kiamat tiba?" Nashruddin
menjawab, "Kiamat apa yang kalian maksudkan?"
Mereka menjawab, "Apakah kiamat itu
bermacam-macam?" Nashruddin menjawab, "Ya,
jika istriku meninggal, itu kiamat kecil, dan jika
aku yang meninggal, itu kiamat besar..."
139
Mengapa Harus Memainkan Jemari?
Ketika Nashruddin sedang duduk santai
bersama teman-temannya, mereka
menyodorkan padanya sebuah gitar gambus.
Lalu, Nashruddin mengambilnya dan langsung
memetiknya dari bawah ke atas dengan suara
yang keras dan tak enak didengar.
Mereka berkata padanya, "Bukan begitu
memetik gitar gambus... Engkau harus memainkan
jemarimu di atas senarnya sesuai not!"
Nashruddin menjawab, "Jika tak ada notnya,
mengapa aku harus susah-susah menciptakan
lagu dan memainkan jemariku?"
CANDA ALA SUFI
Kalau Menungganginya, Aku Hilang
Suatu ketika, keledai Nashruddin hilang,
namun dia mengucapkan alhamdulillah
dan bersyukur pada Allah. Maka orang-orang
bertanya padanya, "Mengapa engkau bersyukur
kepada Allah?" Nashruddin menjawab, "Aku
bersyukur pada-Nya karena aku tidak menungganginya.
Coba kalau aku menungganginya,
pasti aku akan hilang bersamanya."
140 141
Nikmatnya Menemukan Sesuatu yang Hilang
Suatu hari, Nashruddin kehilangan
keledainya. Dia lalu pergi ke pasar dan
berkata pada semua orang dengan lantang,
"Barangsiapa yang dapat menemukan keledaiku,
aku akan memberinya hadiah pelana dan tali
kekang keledai itu."
Mendengar pengumuman itu, mereka
berkata padanya, "Apa manfaat barang itu? Jika
kau ingin memberikan hadiah, berikan dengan
keledainya." Nashruddin menjawab, "Kalian tak
tahu betapa nikmatnya menemukan sesuatu yang
hilang."
CANDA ALA SUFI
Pasti Akan Kembali
Suatu hari, Nashruddin kehilangan
keledainya, dia lalu mencarinya sambil
bernyanyi. Melihat tingkah Nashruddin itu,
orang-orang bertanya padanya, "Orang yang
kehilangan keledainya, haruskah dia bernyanyi?"
Nashruddin menjawab, "Mungkin saja keledaiku
ingin meninggalkanku dari balik gunung ini. Bila
mendengar nyayianku, dia pasti paham bahwa
aku tak peduli. Dengan begitu, dia akan datang
sendiri padaku."
Ada Perbedaan antara Aku dan Engkau
Suatu hari, Nashruddin pergi ke sebuah
negeri untuk memberikan nasihat, lalu
dia singgah di rumah para pemimpin negeri itu.
Pagi harinya, salah seorang tokoh memanggilnya,
dan Nashruddin mengajarkan hal yang telah
diketahui orang itu.
Orang itu berkata pada Nashruddin, "Aku
tak membutuhkanmu, karena aku telah membaca
apa yang kamu baca dan aku telah menulis
apa yang kamu tulis, lalu apa bedaku denganmu?"
Nashruddin menjawab, "Tidak, di antara kita
terdapat perbedaaan yang sangat jauh. Aku
datang dan berjalan dari negeri yang jauh selama
perjalanan tiga hari dengan berbagai kesulitan
dan tantangan. Andai suatu hari engkau tertimpa
kesusahan, lalu engkau datang ke negeriku, maka
aku akan mengembalikanmu seperti engkau mengembalikanku;
dengan tangan hampa, tanpa
memperoleh sesuatupun. Sehingga dengan
demikian nasibmu sama denganku."
142
Jika Kakinya Terpotong, Jangan Potong
Kepalanya
Seseorang yang amat kejam telah
dikhianati istrinya, sehingga dia dendam
pada semua wanita. Dia lalu mendatangi
beberapa orang ulama dan para arifin untuk
meminta petunjuk mereka. Jika salah seorang di
antara mereka menjawab pertanyaan yang
dibisikkan ke telinganya dengan jawaban yang tak
disukainya, dia akan memenggal kepalanya.
Semua orang tak mampu mencegah perbuatannya
yang lalim itu, sehingga mereka menunjuk
Nashruddin untuk menyelesaikannya.
Mereka lalu mendatangkan Nashruddin dan
143
Anggur Berumur 40 Tahun
Suatu ketika, tetangga Nashruddin
bertanya padanya, "Apakah engkau memiliki
anggur yang sudah berumur 40 tahun?"
Nashruddin menjawab, "Ya, aku punya." Orang
CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
itu berkata, "Beri aku sedikit." Nashruddin menjawab,
"Aku tak dapat memberikannya padamu."
Dia bertanya, "Mengapa?" Nashruddin menjawab,
"Jika aku memenuhi permintaanmu,
berarti aku telah memberikannya pada orang
lain. Dengan demikian, apakah dia akan tetap
berumur 40 tahun?"
145
mempertemukannya dengan orang itu. Setelah
bertemu, orang itu berbisik padanya, "Kamu
sudah berkeluarga atau bujang tua?" Nashruddin
menjawab, "Apakah orang setua aku ini masih
dapat dikatakan bujang?" Orang itu berkata
kepada Nashruddin, "Kamu seperti mereka..."
Lalu dia memerintahkan anak buahnya untuk
memenggal kepala Nashruddin.
Seketika itu, Nashruddin dapat memahami
pokok masalahnya. Dengan cepat, dia berkata
padanya, "Jangan tergesa-gesa, tolong tanyakan
padaku tentang istrimu itu, apakah engkau telah
menceraikanya atau telah kembali padanya?
Ataukan dia telah meninggal atau menikah lagi?
Atau, biarkan dia bersamaku sehingga engkau
dapat menikah lagi dengan wanita lain, satu atau
lebih? Apakah engkau telah mengalami posisi
yang rumit ini? Aku ingat akan sebuah pepatah
yang mengatakan: Jika binatang itu kakinya telah
terpotong, maka kepalanya jangan kamu potong
juga."
Begitu mendengar ucapan Nashruddin, hati
orang itu menjadi lega. Dia berterima kasih
padanya lalu melepaskannya.
CANDA ALA SUFI
144
Kami Berwudu lalu Membatalkannya
Suatu ketika, istri Nashruddin berkata
padanya, "Kendi untuk berwudu milik
kita itu bagian bawahnya bocor, sehingga airnya
tak dapat bertahan lama. Apa yang harus kita
berbuat?"
Nashruddin menjawab, "Selamanya kita
tidak akan memperbaikinya, kecuali jika kita
terus-menerus membatalkan wudu kita, lalu kita
berwudu. Sekarang, penuhilah kendi itu dan mari
kita berwudu, lalu kita batalkan, kemudian kita
berwudu lagi, begitu seterusnya kita lakukan."
Apa Urusanmu dan Apa Urusanku?
Seseorang yang usil berkata pada
Nashruddin, "Tadi, aku melihat seekor
ayam India yang sudah dimasak dan berada
dalam piring, dibawa lari oleh dua orang."
Nashruddin menjawab, "Terus, apa urusanku
dengannya?" Orang itu berkata kembali, "Pergi
CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
Hari Ini untuk Kemarin,
Kemarin untuk Hari Ini
Suatu hari, Nashruddin pergi ke tempat
pemandian. Setelah dia masuk, tak
seorang pun di antara para pelayan tempat
pemandian itu yang menghargai atau menghormati
Nashruddin, bahkan mereka memberinya
handuk lusuh. Ketika hendak keluar, seperti
pengunjung lainnya, dia meletakkan uang di
depan cermin. Nashruddin meletakkan uang
146
sebanyak sepuluh girisy, sehingga mereka takjub
dan gembira.
Seminggu kemudian, Nashruddin datang
kembali ke tempat itu. Mereka menghormatinya
dan melayaninya dengan sangat istimewa.
Mereka memberinya perlengkapan mandi yang
serba bagus, narhun Nashruddin tidak berkomentar.
Ketika hendak keluar, seperti biasa, dia
mendekat ke cermin dan meletakkan uang hanya
satu girisy saja.
Melihat bayaran Nashruddin yang sangat
sedikit itu, mereka heran dan marah padanya, lalu
berkata, "Apa ini? Kok cuma ini?" Dengan santai
dan sambil berjalan keluar, Nashruddin berkata
pada mereka, "Karena kemarin pelayanan kalian
tidak bagus dan sekarang sangat memuaskan,
maka ongkos hari ini untuk kemarin dan ongkos
kemarin untuk hari ini."
147
Kalau Suka Pergi, Dia akan Singgah di Rumah
Suatu hari, seseorang berkata pada
Nashruddin, "Istrimu suka keluyuran."
Maka, dia pun menjawab," Jika itu benar, dia akan
singgah di rumahku."
dan ambillah darinya." Nashruddin menjawab,
"Lalu, apa urusanmu dengannya?"
CANDA ALA SUFI
CANDA ALA SUFI
Aku Tak Punya Waktu ke Baghdad
Salah seorang teman Nashruddin datang
padanya dan berkata, "Tolong, tuliskan
aku sebuah surat untuk salah seorang temanku
di Baghdad." Nashruddin lalu berkata, "Demi
Allah, tolong tinggalkan aku, karena aku tak
punya waktu untuk pergi ke Baghdad."
Nashruddin pun meninggalkan orang itu,
namun dia mengejarnya dan memegang bajunya
sambil berkata, "Mengapa engkau harus pergi ke
Baghdad, bukankah aku hanya minta padamu
untuk menuliskan sebuah surat?" Maka
Nashruddin berkata padanya, "Karena tulisanku
tak dapat dibaca orang lain... Bila aku menulis
sesuatu, aku harus membacakannya di hadapannya,
barulah dia dapat memahami isinya."
148 149
CANDA ALA SUFI
nya. Makelar itu pun menerimanya. Dia berkeliling
kampung dan menawarkannya pada
orang-orang sambil berkata, "Ini keledai pintar;
panjang langkahnya, tenang jalannya, dapat
ditunggangi sembari minum kopi, lembut
kepalanya, kuat dan tidak cacat." Dengan cepat,
orang-orang pun berdatangan untuk melihat
keledai itu.
Ketika Nashruddin mendengar beberapa keistimewaan
keledainya yang diucapkan makelar
itu, dia barkata pada dirinya, "Mungkinkah dia
memiliki sifat sebaik itu? Jika ya, tentu aku tidak
akan menjualnya." Tak lama kemudian, seseorang
membelinya dengan harga mahal. Nashruddin
pun memberikan keuntungan pada makelar itu
dan pulang dengan senang.
Malam harinya, istri Nashruddin mengetahui
apa yang telah diperbuat suaminya.
Dengan bergurau, dia berkata pada suaminya,
"Hari ini, aku melihat sesuatu yang sangat
mengagumkan. Telah lewat di depan rumah kita
seorang penjual yogurt 'Gusythah', lalu aku
memanggil dan membelinya. Kemudian, si
penjual itu menakarnya, namun aku melebihkan
Aku di Luar, Kamu di Rumah
Suatu ketika, Nashruddin membawa
keledainya ke pasar. Dia lalu menyerahkannya
pada seorang makelar untuk menjualkan-
CANDA ALA SUFI
timbangan itu dengan meletakkan gelangku di
timbangan yang satunya, sehingga aku mendapatkannya
lebih banyak lagi. Lalu, aku
mengambilnya dan membawanya masuk."
Kemudian istri Nashruddin berkata lagi
padanya, "Bagaimana pendapatmu dengan
tindakanku itu?" Nashruddin menjawab, "Bagus,
engkau melakukannya di rumah dan aku di luar."
150
Cukup Keras Kepala
Suatu ketika, Nashruddin enggan
memberi makan keledainya. Dia lalu
berkata pada istrinya, "Tolong, beri makan
keledai kita itu." Namun, istrinya tak mau melakukannya,
sehingga keduanya bertengkar.
Mereka lalu saling diam. Sebelum melakukan itu,
mereka telah bersepakat bahwa yang pertama kali
bicara harus memberi makan keledai itu.
Nashruddin beranjak ke sebuah tempat di
sebelah kamarnya. Dia lalu diam tanpa mengucapkan
sepatah kata pun hingga berjam-jam.
Melihat sikap suaminya itu, istri Nashruddin
langsung keluar dan menuju rumah tetangganya
serta tinggal di sana hingga malam tiba. Di sana,
dia mengadukan ikhwal suaminya yang keras
kepala itu dan dia bertekad akan membiarkannya
hingga mati kelaparan.
Setelah malam tiba, masuklah seorang
pencuri yang mengambil seluruh isi rumah itu.
Melihat pencuri yang sedang bersuka ria
151
Tertimpa Musibah
Suatu hari, Nashruddin berada di atas
atap; sedang membetulkan atap rumahnya
yang rusak. Karena bekerja sendirian, dia
mondar-mandir dari satu atap ke atap lain,
sehingga kakinya tergelincir dan jatuh.
Mendengar Nashruddin jatuh dari atap,
teman-temannya berdatangan ke rumahnya dan
berkata,"Wahai Nashruddin, apa gerangan yang
telah menimpamu?" Nashruddin menjawab
sambil menangis," Janganlah kalian menanyakan
keadaan orang yang kalian sudah lihat. Sebab,
keadaan orang yang tertimpa musibah dapat
diketahui dari apa yang dialami pembawa berita."
CANDA ALA SUFI
152
CANDA ALA SUFI
153
mengambil barang miliknya itu, Nashruddin
tetap diam. Dia tidak melakukan tindakan
apapun, apalagi bicara. Sehingga, pencuri itu
menyangka bahwa dia bisu dan lumpuh. Setelah
menguras seluruh isi rumah, sang pencuri
mendekat padanya dan mengambil topinya,
kemudian melarikan lari.
Tak lama, istri Nashruddin merasa kasihan
padanya dan takut kalau-kalau suaminya itu mati
kelaparan. Karena itu, dia mengutus putra
tetangganya untuk memberikan makanan
padanya. Setelah masuk ke rumah, anak itu
melihat Nashruddin seperti patung; tidak
bergerak sedikit pun. Dia lalu berkata padanya,
"Aku diperintah oleh istrimu untuk memberikan
makanan padamu." Namun dia tetap membisu
dan tak menjawab sepatah kata pun. Si anak
kembali berkata padanya, dengan bahasa isyarat,
memberi tahu bahwa seluruh isi rumah telah
dirampok orang. Namun, Nashruddin tetap
membisu dan takpeduli pada isyarat anak itu. Si
anak memberikan makanan itu padanya, namun
dia juga tak mau bergerak. Anak itu kemudian
CANDA ALA SUFI
menyuapkan makanan tersebut hingga habis.
Setelah itu, dia pulang.
Sesampainya di rumah, anak itu memberikan
kabar kepada istri Nashruddin bahwa
seluruh isi rumahnya telah dirampok orang. Istri
Nashruddin pun segera bergegas ke rumahnya.
Melihat seluruh isi rumahnya ludes, dia tertawa
sambil menangis. Sementara, Nashruddin tetap
saja diam sambil bersandar, bagaikan sebatang
kayu.
Istri Nashruddin lalu memukulinya sambil
berteriak padanya, "Apa-apaan ini?" Nashruddin
menjawab dengan tenang, "Pergilah dan berilah
makan keledai itu, karena kamulah yang lebih
dulu bicara. Sungguh, kamu sangat keras kepala."
Beri Aku Sendok Besar, agar Mati Sepertimu
Suatu hari, ketika cuaca sangat panas,
Nashruddin bertamu ke rumah salah seorang
temannya. Lalu, pemilik rumah itu menyuguhkan
segelas es buah. Mereka kemudian me-
CANDA ALA SUFI
nikmati es buah itu. Nashruddin minum dengan
sendok emas kecil, sementara tuan rumah
minum dengan sendok almunium besar.
Setiapkali menikmati es buah itu, sang tuan
rumah berkata, "Ahhh... Nikmatnya es buah ini;
hampir saja aku mati karenanya."
Mendengar kata-kata tuan rumah,
Nashruddin memukuli gelasnya dengan sendoknya
hingga bawah. Lantaran es buah di hadapan
Nashruddin itu sulit untuk dinikmati dengan
sendok kecil, dia hanya menjilatinya saja.
Sementara, tuan rumah itu terus menyantapnya
dengan nikmat.
Tak lama, dia menoleh pada Nashruddin dan
berkata, "Ada apa, kok membunyikan gelas?"
Nashruddin menatapnya dan berkata, "Kuharap
engkau memberiku sendok besar, agar aku dapat
mati sepertimu juga."
154 155
CANDA ALA SUFI
Bulan Lebih Banyak Manfaatnya
Suatu hari, orang-orang bertanya pada
Nashruddin, "Matahari atau bulan yang
lebih banyak manfaatnya?" Nashruddin
menjawab, "Matahari muncul di siang hari, dan
di malam hari dia tak berguna. Adapun bulan
muncul di malam hari, namun dia mampu
menyinari dunia yang gelap sehingga menjadikannya
seperti siang. Oleh karena itu, tentu bulan
lebih banyak manfaatnya daripada matahari."
Kaleng Berisi Sepuluh Kilogram
Suatu hari, ketika mencari kayu,
Nashruddin melihat seekor kelirici yang
belum pernah dilihatnya. Dia lalu menangkapnya
dan berkata pada dirinya, "Ini binatang langka
dan aku harus membawanya serta menunjukkannya
ke seluruh penduduk negeriku; mungkin
mereka tahu binatang apa ini?" Nashruddin lalu
memasukkan kelinci itu ke dalam kantung dan
mengikatnya dengan kuat.
156 157
CANDA ALA SUFI
Setelah tiba di rumah, Nashruddin menceritakan
pada istrinya dan mengingatkan
padanya agar tak membuka kantung itu. Dia
berkata padanya, "Aku akan pergi untuk
memanggil para pakar binatang dan menunjukkannya
pada mereka."
Dasar manusia, selalu saja dia ingin
melakukan segala yang dilarang. Ketika istri
Nashruddin sendirian di rumah, dia berkata pada
dirinya, "Coba ahh... Aku akan melihat isinya."
Sebab, dia tahu bahwa Nashruddin seringkali
berbohong. Ternyata benar, ketika dia membuka
kantung itu, tiba-tiba keluar seekor kelinci dan
lari. Istri Nashruddin bingung, apa yang harus
dia perbuat. Namun, tak ada jalan lain kecuali
mengelabuinya. Dia lalu mengambil kaleng
gandum dan memasukkannya ke dalam kantung
itu, kemudian mengikatnya kembali.
Istri Nashruddin menanti dan bertanyatanya;
kira-kira apa yang akan terjadi setelah itu.
Dia menduga bahwa Nashruddin hanya akan
mengundang orang-orang yang suka bergurau
dengannya saja, sehingga masalah itu akan selesai
begitu saja tanpa masalah apa-apa.
CANDA ALA SUFI
Tapi, kenyataannya tidak demikian. Beberapa
orang terpandang di antara para ilmuan negeri
itu berdatangan ke rumah Nashruddin. Mereka
masuk ke rumah Nashruddin, lalu duduk rapi di
ruang tamu sambil'berkata, "Cepat, suruh keluar
binatang langka itu."
Mereka sangat penasaran pada binatang itu.
Ketika Nashruddin mengambil kantung itu dan
hendak membukanya, tatapan mata mereka pun
terpusat padanya, sehingga keadaan menjadi
hening. Namun, apa yang terjadi? Ketika
Nashruddin membuka kantung itu, yang keluar
bukanlah seekor kelinci, namun sebuah kaleng
kosong yang jatuh menggelinding. Nashruddin
menjadi bingung, apa yang harus dia katakan
pada orang-orang itu. Lalu dia berkata pada
mereka,"Kaleng ini isinya sepuluh kilogram."
Ajal Telah Tib a
Suatu hari, Nashruddin bermaksud untuk
pergi ke desa tetangga, sementara para
pemuda kampungnya tengah mempersiapkan
158 159
CANDA ALA SUFI
sebuah pesta hiburan untuk bersenang-senang.
Karena menurut mereka pesta itu kurang meriah
tanpa kehadiran Nashruddin, mereka kemudian
berusaha agar Nashruddin dapat menunda
kepergiannya itu. Ketika Nashruddin hendak
pergi dengan keledainya, mereka menghadangnya
dan bertanya, "Hai Nashruddin, hendak ke
mana engkau?"
Nashruddin menjawab, "Aku akan pergi ke
desa sebelah untuk menyelesaikan beberapa
urusan penting." Mereka lalu berkata, "Hai
miskin, kamu tak dapat pergi karena kamu sudah
mati... Penduduk desa ini akan memandikan dan
mengafanimu sesuai dengan kedudukanmu.
Kamu adalah sesepuh dan teman kakek-kakek
kami."
Mendengar ucapan mereka itu, Nashruddin
bingung dan pikirannya menjadi kacau, bahkan
otot-ototnya pun ikut tegang. Nashruddin lalu
menghampiri mereka dan berkata, "Wahai anakanakku,
kalian jangan bergurau, karena aku
sungguh memiliki urusan yang penting. Biarkan
aku pergi bersama orang-orang itu. Kalaupun
CANDA ALA SUFI
aku memang benar-benar sudah mati, tentu aku
tidak akan pergi sendirian."
Mereka pun ngotot dan mengatakan bahwa
dia telah mati, sehingga mereka harus memandikan
dan mengkafaninya. Dengan cara
paksa mereka melepas pakaian Nashruddin dan
memandikannya. Mereka juga sepakat, jika
teman Nashruddin datang untuk pergi bersamanya,
mereka akan menghentikannya.
Ternyata benar, begitu teman Nashruddin lewat
di hadapan mereka, mereka menghentikannya
dan berkata padanya, "Hai, Nashruddin telah
meninggal, kamu harus melihat jenazahnya dan
turut menguburnya."
Dia menjawab, "Aku ada pekerjaan penting,
biarkan aku pergi dulu." Namun mereka tetap
tidak mengizinkannya. Ketika mereka berdebat,
dari tempat untuk memandikan jenazah,
Nashruddin mengangkat kepalanya lalu berkata,
"Tak ada perlunya berdebat, kamu harus patuh
pada mereka. Aku juga memiliki urusan dan
harus cepat-cepat, tapi apa daya ajal telah tiba...
Orang-orang sudah berkumpul, karenanya tidak
ada jalan lain kecuali pergi ke kuburan."
CANDA ALA SUFI
160
CANDA ALA SUFI
161
Kita Naiki dan Bawa Barang Kita yang Berat
Nashruddin pergi ke pasar untuk
membeli sayuran. Sebagian barangnya
dia letakkan di pundi pelana keledainya dan
sebagian lain di pundaknya sendiri, lalu dia
menunggangi keledainya dan pulang.
Di tengah jalan, dia bertemu dengan salah
seorang temannya. Dia lalu berkata pada
Nashruddin, "Mengapa engkau tidak meletakkan
pundi-pundi itu di depanmu saja, sehingga
engkau dapat menaiki keledaimu dengan
nyaman dan tenang?"
Nashruddin menjawab, "Ingatlah, wahai
temanku, binatang ini merasa senang bila kita
naiki. Bukankah dia akan merasa lebih senang
bila dia mampu membawa sesUatu yang memiliki
beban? Aku belum pernah melakukannya hingga
sekarang."
Tambahkan Mantra dengan Sedikit Ter
Kambing milik salah seorang petani
terkena penyakit kudis. Dia lalu membawanya
ke Nashruddin. Sampai di sana, dia
berkata padanya, "Karena engkau sangat ampuh
dalam mengobati penyakit kudis, tolong bacakan
sesuatu untuk kambingku ini." Maka Nashruddin
pun menjawab, "Jika kambing milikmu ini ingin
sembuh, maka aku harus menambahi mantraku
dengan sedikit ter."
Jika Aku Mati, Kuburkan Aku Berdiri
Menjelang wafatnya, Nashruddin
memberikan banyak pesan. Di
antaranya, dia berkata, "Jika aku mati, kuburkanlah
aku dengan berdiri." Maka orang-orang pun
bertanya, "Mengapa demikian?"
Nashruddin menjawab, "Karena esok, ketika
kiamat tiba, dunia akan berguncang dengan
dahsyat, maka kalau berdiri, aku akan dapat
CANDA ALA SUFI
dengan mudah melarikan diri dan tidak akan
mengalami kesulitan."
162
CANDA ALA SUFI
Aku Datang untuk Memberitahumu
Suatu ketika, istri Nashruddin merasa
kesakitan. Dia lalu meminta agar dipanggilkan
seorang dokter. Nashruddin pun
pergi untuk memanggilnya, namun ketika berada
di depan pintu, istrinya mengeluarkan kepalanya
dari jendela dan berkata, "Alhamdulillah, aku
sudah sembuh, tak perlu lagi dokter."
Namun, Nashruddin tetap saja pergi dengan
cepat. Dia lalu berkata, "Istriku sakit dan dia
menyuruhku untuk memanggil Anda, namun
setelah aku pergi, dia mengeluarkan kepalanya
dari jendala dan berkata, Alhamdulillah, aku
sudah sembuh, tak perlu lagi dokter. Oleh sebab
itu, aku mohon Anda datang..."
Allah Satu, Jawaban Juga Satu
Suatu ketika, Nashruddin ditanya temantemannya,
"Berapa umurmu?"
Nashruddin menjawab, "Empat puluh tahun."
Setelah sepuluh tahun, mereka bertemu
kembali dengan Nashruddin dan bertanya lagi
padanya, "Berapa umurmu?" Tapi Nashruddin
menjawab dengan jawaban yang sama, "Empat
puluh tahun." Mereka lalu berkata padanya,
"Sepuluh tahun yang lalu kami bertanya padamu
berapa umurmu, kamu menjawab empat puluh
tahun... Sekarang kami bertanya kembali padamu,
kamu juga menjawab empat puluh tahun,
mengapa?"
Nashruddin menjawab, "Manusia itu bebas
mau berkata apa... Dan Allah itu satu, sehingga
jawabanku juga satu. Seandainya kalian bertanya
padaku tentang umurku setelah dua puluh tahun,
maka aku juga akan menjawabnya dengan
jawaban yang sama."
163
CANDA ALA SUFI
Sumpit Seharga Tiga Ribu
Suatu hari, Nashruddin pergi ke pasar. Dia
lalu melihat sebilah pedang di tangan
makelar yang sedang ditawarkan kepada orangorang
untuk dijual dengan harga tiga ribu girisy.
Nashruddin memegang dan merenungkannya,
karena tak ada pedang yang memiliki harga
semahal itu. Lalu, dia bertanya tentang manfaat
pedang itu. Orang-orang pun berkata, "Pedang
itu dapat dipakai untuk membunuh orang dari
jarak lima hasta." Nashruddin pun menggelenggelengkan
kepalanya lalu pergi.
Esok harinya, Nashruddin kembali ke pasar
itu dengan membawa sumpit besar. Dia berteriak
dan berkata, "Sumpit hebat dengan harga tiga
ribu girisy? sambil menawarkannya pada orangorang.
Seluruh orang yang ada di pasar itu heran,
karena umumnya harga sumpit hanya dua girisy
saja. Tapi dia memiliki harga semahal itu.
Mereka pun bertanya pada Nashruddin, "Hai
Nashruddin, apa keistimewaan sumpit ini,
sehingga berharga tiga ribu girisy7.'" Nashruddin
menjawab, "Kemarin kalian mengatakan bahwa
CANDA ALA SUFI
pedang itu dapat memukul orang dalam jarak
lima hasta dan dijual dengan harga tiga ribu
girisy, berarti sumpitku ini lebih murah dan lebih
hebat darinya. Sebab, jika istriku marah padaku,
dia dapat melemparku dengannya dalam jarak
sepuluh hasta!"
165
164
Sampai Kapan Manusia Lahir dan Mati
Suatu hari, Taimurlank bertanya kepada
Nashruddin, "Sampai kapan manusia
lahir dan mati?" Nashruddin menjawab, "Hingga
surga dan neraka penuh."
Kami Baru Setengah Jalan
Nashruddin beserta istrinya pergi
mengunjungi seorang temannya di
sebuah tempat yang memakan waktu perjalanan
selama empat hari.
Baru beberapa menit meninggalkan kota, dia
menoleh kepada istrinya dan berkata,
CANDA ALA SUFI
"Bagaimana kita dapat mengetahui jarak
perjalanan ini?" Istrinya menjawab, "Mudah, jika
kita sudah berjalan seharian hari ini dan besok,
berarti kita sudah menempuh perjalanan selama
dua hari." Maka Nashruddin berkata, "Kalau
begitu kita sudah menempuh setengah
perjalanan..."
166
CANDA ALA SUFI
Minta Ongkos untuk Sepuluh Hari
Suatu hari, Nashruddin menyewa seorang
kuli untuk membawa barangnya. Di
tengah jalan, kuli itu lari dan membawakan kabur
barang Nashruddin. Dia lalu mencarinya, namun
tidak mendapatkannya.
Sepuluh hari kemudian, Nashruddin
mendapatkannya. Saat itu, Nashruddin sedang
bersama beberapa orang temannya. Mereka
berkata pada Nashruddin, "Ini dia kuli panggul
yang sedang kau cari." Nashruddin pun gembira,
namun dia berusaha menjauh dari kuli itu dan
tidak berkata sepatah kata pun.
Melihat sikap Nashruddin yang aneh itu,
teman-teman Nashruddin berkata, "Hai
Nashruddin, mengapa engkau tidak menangkapnya?
Bukankah engkau telah letih mencarinya?"
Nashruddin menjawab, "Bagaimana aku
tidak menghindar darinya? Bukankah aku sudah
menyewanya sepuluh hari yang lalu, kemudian
dia menghilang? Jika aku menangkapnya, aku
takut kalau-kalau dia berkata padaku, 'Berikan
upah harianku selama sepuluh hari, karena aku
167
Tidak Memiliki Ahli Waris
Ketika masih muda, Nashruddin pergi ke
sebuah desa. Di sana, dia sakit keras.
Orang-orang desa pun mengerumuninya dan
berkata padanya, "Jika engkau mati, apakah
engkau memiliki ahli waris?" Nashruddin
menjawab, "Aku hanya memiliki seorang ibu,
namun ayahku telah menceraikannya. Oleh
karena itu, aku tidak memiliki seorang ahli waris
pun..."
CANDA ALA SUFI
selalu membawakan barangmu.' Lalu, apa yang
harus kuperbuat?"
168
CANDA ALA SUFI
tahu kepadanya bahwa baru saja tiba beberapa
wisatawan dari negeri Arab. Mereka lalu bertanya
pada Nashruddin, "Karena cuacanya sangat
panas, apakah penduduk negeri itu selalu tidak
berpakaian?"
Nashruddin pun menjawab, "Jika tidak,
bagaimana cara membedakan an tar a pria dan
wanitanya?"[]
169
Pasti akan Diketahui Orang
Suatu malam, Nashruddin tidur di atas
atap. Ketika bangun dan hendak turun
untuk pindah ke kamar, dia merasa seolah-olah
bertengkar dengan istrinya. Tanpa sadar, dia
bangun lalu berjalan, karena mengira bahwa dia
sedang berada di dalam rumah. Akibatnya, dia
jatuh dari atap dan menimpa kepala tetangganya.
Mereka pun bingung lalu mengerumuni
Nashruddin seraya bertanya, "Ada apa ini?"
Nashruddin bangun dan menjawab singkat,
"Barangsiapa bertengkar dengan istrinya di atas
atap, dia akan tahu mengapa aku jatuh ke sini."
Bagaimana Membedakan Wanita dan Pria?
Suatu hari, Nashruddin duduk di sebuah
tempat. Tiba-tiba, orang-orang memberi